REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang menghadapi dampak kekeringan pada 2019 lebih luas dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
"Menurut data sementara, pada tahun 2019 ini sudah ada 18 kecamatan yang terdampak, pada 2018 lalu, ada sembilan kecamatan yang terdampak," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas, Ariono Poerwanto di Purwokerto, Rabu (11/9).
Tahun ini, ia menjelaskan, kekeringan terjadi di wilayah Kecamatan Patikraja, Sumpiuh, Karanglewas, Rawalo, Kalibagor, Jatilawang, Purwojati, Cilongok, Tambak, Kebasen, Gumelar, Somagede, Lumbir, Kemranjen, Banyumas, Pekuncen, Kedungbanteng, dan Ajibarang.
"Totalnya ada 56 desa di 18 kecamatan yang terdampak kekeringan hingga saat ini," katanya.
Sedangkan pada 2018, ia melanjutkan, kekeringan hanya terjadi di Kecamatan Tambak, Sumpiuh, Banyumas, Somagede, Kalibagor, Cilongok, Purwojati, Kebasen, dan Karanglewas. Ariono mengatakan bahwa wilayah yang menghadapi dampak kekeringan makin luas karena musim kemarau tahun ini lebih panjang dan lebih keringketimbang tahun lalu.
"Tahun ini kita sudah memulai distribusi air bersih pada akhir bulan Mei, sementara pada tahun lalu kita baru memulai penyaluran air bersih pada pertengahan bulan Juli," katanya.
"Distribusi akan terus dilakukan, persediaan air bersih Insya Allah mencukupi hingga akhir musim kemarau," ia menambahkan.
Hingga saat ini, menurut dia, BPBDsudah menyalurkan air bersih 946 tangki atau sekitar 4.727.000 liter ke wilayah-wilayah yang kekurangan air bersih akibat kekeringan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan sebagian wilayah Jawa Tengah akan memasuki awal musim hujan bulan Oktober 2019. Sebagian wilayah Jawa Tengah diprakirakan mulai memasuki masa pancaroba pada akhir September 2019.