Selasa 10 Sep 2019 20:34 WIB

Menkes Tegaskan Anak Harus Bebas dari Paparan Promosi Rokok

Angka perokok dari kalangan anak-anak naik 9,1 persen.

Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek meninggalkan gedung KPK di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek meninggalkan gedung KPK di Jakarta, Rabu (21/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Nila Moeloek menentang keras paparan promosi rokok kepada anak-anak. Mengingat, tingginya angka perokok usia muda dan menghindarkan anak dari penyakit berbahaya akibat nikotin.

"Kami melihat (angka perokok) anak-anak ini sudah naik, harusnya kita turunkan 5 persen, sekarang naik 9,1 persen," ungkap Menkes Nila Moeloek ketika ditemui dalam acara seminar dan pameran inovasi produk kesehatan di Hotel The Sultan, Jakarta Pusat pada Selasa (10/9).

Baca Juga

Menurut Nila, anak-anak harus dilindungi dari paparan promosi rokok mengingat mereka mudah tertarik. Dari ketertarikan itu, ujar Menkes, mereka bisa mencoba rokok yang nantinya bisa memperburuk kesehatan dan menimbulkan penyakit.

Sebelumnya, timbul polemik saat Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengecam audisi olahraga yang dilaksanakan oleh yayasan berafiliasi dengan perusahaan rokok. Menurut KPAI, audisi tersebut adalah bentuk eksploitasi anak karena menggunakan anak-anak sebagai media promosi iklan atau simbol yang terasosiasikan dengan rokok.

Menkes sendiri menekankan promosi rokok bisa menimbulkan ketertarikan anak jika melihat gambar-gambar yang menarik. Hal itu, menurut Nila, bisa berdampak akan kesehatan pada ke depannya.

"Kami hanya membatasi jangan sampai anak-anak itu merokok. Karena kita tahu ini akan membahayakan kesehatanya, kita memberikan perlidungan," tegas Menkes Nila Moeloek.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi atau kelaziman merokok pada penduduk usia 10-18 tahun mencapai 9,1 persen. Angka itu naik dibanding Riskesdas 2013 yang berada di angka 7,2 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement