Selasa 10 Sep 2019 18:05 WIB

BPOM Ingatkan Bahaya Hoaks Produk Pangan dan Farmasi

Salah satu hoaks yang disoroti BPOM ialah tentang produk bebas minyak kelapa sawit.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K Lukito
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K Lukito

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengingatkan bahwa hoaks dapat menghancurkan industri dalam negeri. Untuk itu, ia mengajak agar masyarakat berhati-hati dalam menyebarkan informasi.

"Hoaks bisa mematikan dunia usaha. Jangan kaget dulu dan tergesa-gesa menyebarkan informasi yang belum teruji kebenarannya," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Selasa.

Baca Juga

Menurut Penny, ada tren masyarakat awam cepat menyebarkan hoaks soal produk pangan dan farmasi. Padahal, begitu disebar tentu akan lebih sulit mengoreksi kabar tersebut dan bisa menimbulkan efek negatif.

Pihaknya menyarankan apabila terdapat informasi simpang siur terkait produk makanan dan obat sebaiknya mengeceknya ke saluran yang disediakan BPOM baik melalui sambungan telepon di 1500533, laman www.pom.go.id, akun Twitter @bpom_ri, Facebook @bpom.official, dan Instagram @bpom_ri.

Beberapa waktu lalu, Penny menyebut terjadi kesalahan informasi di tengah masyarakat terkait produk dengan bahan baku minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Dia mengatakan, terjadi pemahaman yang salah di publik bahwa mengonsumsi atau menggunakan produk berbahan CPO membahayakan kesehatan. Padahal, belum ada penelitian yang dapat membuktikan informasi tersebut.

"Ini edukasi kami kepada masyarakat. Tidak boleh dapat informasi yang salah, seperti UMKM yang tidak mencantumkan label "tidak mengandung minyak sawit" itu sebagai produk berbahaya, karena tidak ada data cukup. Dan jangan memberikan persepsi bahwa menggunakan label "tidak mengandung minyak sawit" itu pasti sehat dikonsumsi" katanya.

Menurut dia, terjadi upaya dari luar negeri yang berusaha menyudut industri dalam negeri yang menggunakan sawit Indonesia.

"Justru dengan pencantuman label "tanpa sawit" itu dapat mengurangi daya saing dan melemahkan produk Indonesia di pasaran," ujar Penny.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement