REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Sudah lebih dari sebulan, status vulkanik Gunung Slamet masih pada level waspada. Pengamat Gunung Slamet Pos Gambuhan Rusdi dalam laporannya mengatakan, status Gunung Slamet hingga Selasa (10/9) masih berstatus Waspada atau level II.
"Hal ini karena aktivitas vulkanik Gunung Slamet masih fluktiatif. Bahkan sejak beberapa hari terakhir, cenderung mengalami kenaikan meski belum sampai menyebabkan kenaikan status," jelasnya.
Dia menyebutkan, kenaikan aktivitas ini ditandai dengan aktivitas gempa tremor dan gempa hembusan yang mengalami kenaikan. Selain itu, asap solfatara yang keluar dari mulut kawah juga terlihat lebih merata dan menyebar. "Kenaikkannya memang belum terlalu signifikan. Hal ini menyebabkan status belum perlu dinaikkan, namun juga belum bisa diturunkan," katanya.
Dia juga menyebutkan, dari pengamatan hembusan asap solfatara dari puncak Slamet, kondisi kawah di puncak Slamet saat ini sudah semakin merata. Hal ini ditandai dengan hembusan yang merata muncul dari permukaan kawah. "Pada 2015, asap hanya muncul dari kawah utama. Namun sekarang sudah hampir merata di puncak kawah. Ini berarti panas akibat aktivitas magma di puncak Slamet sudah semakin banyak dan merata," jelasnya.
Terkait status ini, Rusdi menyebutkan, ketentuan larangan warga untuk beraktivitas di radius dua kilometer dari puncak Slamet, masih tetap berlaku. "Sesuai ketentuan, dengan status Waspada pada Gunung Slamet, maka warga dihimbau untuk tidak beraktivitas pada radius dua kilometer dari puncak," katanya.