REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau mengimbau warganya mewaspadai kabut asap akibat kebakaran hutan. Asap kini mulai menyelimuti kota kepulauan itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi menyarankan masyarakat tidak keluar rumah bila tidak ada sesuatu yang penting agar terhindar dari paparan debu asap. "Kalau ke luar rumah, pakai masker. Cuma kalau kondisi parah, maskernya jangan yang biasa, ada yang khusus," kata dia, Selasa (10/9).
Ia menjelaskan, kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal pada mata, selaput lendir di hidung, mulut dan tenggorokan. Paparan kabut asap juga bisa menyebabkan reaksi alergi, peradangan, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), hingga pneumonia atau radang paru.
"Kabut asap bisa menyebabkan kita sulit bernafas, batuk, dan merusak paru-paru," kata dia.
Menurut dia, saat ini, kabut asap di Batam masih dalam kondisi baik. Meski begitu, masyarakat tetap diminta waspada.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam Herman Rozie menilai kabut asap kebakaran lahan yang menyelimuti Kota Batam Kepulauan Riau semakin tebal pada Selasa dibanding hari sebelumnya. "Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada hari ini sudah 50, kemarin masih di bawah 50," kata dia.
Ia menjelaskan, kualitas udara dikatakan sehat bila ISPU pada rentang 0-50, kemudian sedang 51-100, tidak sehat 101-199, sangat tidak sehat 200-299, berbahaya 300-500.
Sementara itu, warga Batam mulai merasakan jerebu (debu asap) yang menyelimuti kota. "Baju sudah mulai bau, jarak pandang juga sudah mulai berkurang," kata Shinta.
Ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan sebelum jerebu semakin tebal seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. "Tentu kita tidak ingin kejadian di Batam terjadi seperti di Pekanbaru, Riau. Pemerintah harus bergegas," kata dia.