Selasa 10 Sep 2019 13:11 WIB

Museum 'Bentoel Prima' Itu akan Dijual

Padahal, Kota Malang tengah berupaya mengembangkan wisata heritage-nya.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
Museum Bentoel Prima di Malang.
Foto: wilda
Museum Bentoel Prima di Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, Begitu sepi. Itulah yang dirasakan ketika mengunjungi Museum Bentoel Prima, Senin (9/9). Museum yang selalu dikunjungi pecinta sejarah ini telah menutup aktivitasnya. 

Tertera tulisan "Dijual" dengan nomor kontak tertera di bawahnya, sudah menunjukkan nasib akhir museum berisi perjalanan hidup pendiri Bentoel, Ong Hok Liong. Sosok Ong, bukan sekedar pendiri pabrik rokok bagi masyarakat Kota Malang. Pria kelahiran 1893 di Bojonegoro ini dikenal sebagai orang yang turut andil melawan kolonialisme.

Malang Tempoe Doeloe Jilid I menyebutkan Ong Hok Liong sebagai orang yang sangat mengutamakan kegiatan kemanusiaan dibandingkan mengejar harta. Hal ini terbukti pada saat NICA yang diboncengi Belanda melancarkan agresi militer kedua menyerbu Jawa di 1948. Dia dikenal sering membantu para tentara atau republieken dalam hal apapun.

photo
Sosok Ong, bukan sekedar pendiri pabrik rokok bagi masyarakat Kota Malang. Pria kelahiran 1893 di Bojonegoro ini dikenal sebagai orang yang turut andil melawan kolonialisme.

Ong dalam buku serupa dijelaskan sering menyembunyikan para tentara yang dikejar serdadu Belanda di dalam pabriknya. Tindakan ini dianggap nekat karena berisiko tinggi pada kelangsungan bisnis, bahkan hidupnya. Apabila diketahui serdadu, pabriknya bisa saja dilempar granat dan hancur seketika.

Ong juga dikenal tidak sekali dua kali memberikan bantuan besek kepada para tentara. Bantuan di dalam wadah berbentuk persegi empat dari anyaman bambu tipis ini biasanya berisi rokok. Bahkan, tak jarang dia juga mengisikan bantuan berupa uang dengan memgirimnya melalui kurir ke tempat para tentara.

Meski kini berstatus milik perusahaan British American Tobacco p.I.c, kehilangan satu peninggalan tetap menjadi pukulan telak bagi pemerintah setempat. Apalagi Kota Malang tengah berupaya mengembangkan wisata heritage-nya. Karena kejadian ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang berencana memanggil manajemen terkait untuk memberikan keterangan.

photo
Museum Bentoel Prima di Malang.

"Kita akan rapat dengan pemiliknya," kata Kepala Disbudpar Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni kepada Republika,co,id, Senin (9/9).

Kekecewaan penjualan Museum Bentoel turut dirasakan Komunitas Pegiat Sejarah, Jelajah Jejak Malang (JJM). Ketua JJM, Restu Respati mengaku sangat prihatin atas keberadaan museum yang berada di Jalan Wiro Margo Nomor 32 tersebut. Sebab, kesejarahan Bentoel sudah menjadi bagian keberagaman historis di Kota Malang. Jika museum ini hilang, maka sebagian sejarah Kota Malang pun lenyap.

Restu berharap, pemerintah dapat memperhatikan bangunan-bangunan heritage yang berpotensi rusak, hancur atau musnah. Dinas terkait juga perlu membantu menghidupkan kembali keberadaan museum sebagai destinasi wisata sejarah. Ia juga mendorong pemerintah untuk menetapkan Museum Bentoel menjadi cagar budaya. "Karena nilai sejarah serta usianya sudah di atas 50 tahun," tambahnya.

Sementara Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah (Amida) Jawa Timur Dwi Cahyono mengaku, sangat menyayangkan penutupan Museum Bentoel. Keputusan ini berarti Kota Malang harus kehilangan museum berkaitan industri tembakau atau rokok. Apalagi saat ini di  beberapa daerah tengah gencar membangun museum tersebut.

Atas kejadian ini, Dwi menyatakan, saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan manajemen pengelola Museum Bentoel. Hal ini terutama perihal keterangan lebih jauh alasan penutupan museum tersebut. Sekalipun dialihkan, pengelola seharusnya mengikuti aturan karena menyangkut koleksi di dalamnya. 

Di dalam aturan, manajemen museum harus melakukan inventarisasi koleksi terlebih dahulu sebelum dialihkan atau dijual. Apalagi jika koleksi museum memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Termasuk menyimpan fakta-fakta tentang perjuangan satu tokoh di masa bersejarah.

Dwi juga mengungkapkan langkah yang bisa dilakukan manajemen museum apabila perusahaan tidak bisa mempertahankannya. Menurutnya, manajemen terkait bisa menghibahkan koleksi museum ke pemerintah setempat. "Untuk kemudian bisa dikelola daerah dan dimanfaatkan masyarakat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement