Senin 09 Sep 2019 23:15 WIB

KKN UMY Ciptakan Inovasi di Perbatasan Indonesia-Malaysia

KKN menciptakan terobosan baru dengan memanfaatkan potensi alam.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Gita Amanda
Petani lada di perbatasan Indonesia-Malaysia teparnya di  Desa Bambangan, Kecamatan Sebatik Barat, Pulau Sebatik, mempraktekkan alat  budidaya lada dengan arahan dari tim KKN UMY.
Foto: dok. Humas UMY
Petani lada di perbatasan Indonesia-Malaysia teparnya di Desa Bambangan, Kecamatan Sebatik Barat, Pulau Sebatik, mempraktekkan alat budidaya lada dengan arahan dari tim KKN UMY.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar) Generasi Bakti Negeri (GBN) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaksanakan tugasnya di perbatasan Indonesia-Malaysia. Di sana, mahasiswa KKN tersebut menciptakan terobosan baru dengan memanfaatkan potensi alam.

KKN dilaksanakan tepatnya di Desa Bambangan, Kecamatan Sebatik Barat, Pulau Sebatik. Potensi yang ada di daerah tersebut yakni di bidang pertanian.

Salah satu mahasiswa KKN, Muhammad Idham mengatakan, di daerah tersebut masyarakat banyak menanam tanaman lada. Lada merupakan salah satu tanaman yang menjanjikan setelah kelapa sawit.

Tentu, dengan adanya tanaman lada dapaf memberikan manfaat bagi masyarakat dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun, pengelolaan tanaman lada di daerah tersebut ternyata belum maksimal.

Idham mengatakan, belum maksimalnya pengelolaan karena kurangnya pengetahuan masyarakat. Salah satunya dalam pemakaian alat-alat pertanian yang telah diswdiakan oleh BUMdes setempat.

Selain itu juga kurang maksimalnya pemasaran produk lada itu sendiri. "Sehingga berakibat pada omzrt pemasukan di desa ini," kata Idham.

Dengan begitu, ia dan timnya membuat sebuah terobosan untuk membantu masyarakat dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan mengenai budidaya bubuk lada. Tentunya dalam pemakaian alat yang ada.

"Agar masyarakat dapat mengerti dan kelak dapat menggunakan alat ini,” tambahnya.

Ia menceritakan, usai sosialisasi, masyarakat setempat langsung mempraktekkan. Bahkan, sudah dilakukan dua kali percobaan.

Pada percobaan pertama, lanjutnya, dianggap sukses karena masyarakat yang hadir saat sosialisasi memahami dan menerapkan aoa yang disampaikan. Pada percobaan kedua, hampir 80 persen dari petani lada dapat menggunakan alat budidaya lada.

"Juga sudah dapat dilihat outputnya yaitu berupa produk lada sebatik yang langsung dibeli oleh pembeli di tempat dengan harga Rp 8.000 per 40 gram," kata Idham.

Program ini, katanya, dirasa dapat menjanjikan sebagai suatu mata penceharian baru untuk masyarakat Desa Bambangan. Ke depan, tinggal bagaimana pengelolaannya yang harus terus dilakukan. 

"Termasuk mengurus surat perizinan produk Bubuk Lada Sebatik (Bulatik) agar dapat didistribusikan ke dalam hingga luar negeri," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement