Ahad 08 Sep 2019 21:15 WIB

Bupati Semarang: Pasar Tradisional Jangan Sampai Punah

Bupati Semarang menyatakan mempertahankan pasar tradisional sangat penting

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Elba Damhuri
Pedagang melayani pembeli di sebuah pasar tradisional.
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang melayani pembeli di sebuah pasar tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID,  UNGARAN—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang mendukung langkah-langkah penataan dan revitalisasi pasar tradisional. Hal ini untuk mempertahankan kearifan lokal pasar tradisional sebagai pusat ektivitas ekonomi warga.

Bupati Semarang, Mundjirin, mengungkapkan keberadaan pasar tradisional harus terus dipertahankan sebagai pusat kegiatan ekonomi warga. Kendati begitu, sejumlah pasar tradisional yang kondisinya sudah semakin sesak dan tidak nyaman lagi juga harus dipikirkan.

Misalnya jika butuh penataan atau dibangun kembali juga harus dilakukan agar pasar lingkungan pasar semakin nyaman untuk aktivitas warga. “Terkait hal ini, tentu Pemkab Semarang akan membahasnya dengan wakil rakyat,” ungkapnya di Ungaran, Ahad (8/9).

Orang nomor satu di Kabupaten Semarang ini juga mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Semarang memberikan dukungan penuh kepada para pedagang pasar tradisional yang ada di daerahnya.

Di tengah maraknya toko-toko modern --yang semakin dekat dengan lingkungan masyarakat-- keberadaan pasar tradisional jangan sampai tergusur, apalagi menjadi pasar tradisional menjadi ‘punah’. Sehingga kasihan, bagaimana nanti nasib para pedagangnya.

Menurut Bupati, ada nilai- nilai yang tak dimilikioleh toko moderen yang sudah semakin menjamur. Yakni nilai- nilai gotong- royong dan spirit kerukunan di antara para pedagang yang patut dilestarikan.

Oleh karena itu, kondisi pasar tradisional yang sudah kurang nyaman harus diperbaiki dan dibenahi, kondisi pasar yang semrawut harus ditata kembali. Pasar tradisional perlu terus ditingkatkan mutu dagangan dan kondisi bangunannnya.

Dengan begitu fungsi pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat akan bisa dioptimalkan. “Pemkab Semarang punya prinsip, ‘yen pasare resik, rejekine yo mesti apik’ (kalau pasarnya bersih, rejeki --para edagang-- pasti juga bagus),” tegas Mundjirin.

Baru-baru ini, Bupati juga menghadiri peringatan Tahun baru 1 Muharam yang dilaksanakan para pedagang di Pasar Babadan, yang berada di lingkungan Kelurahan Langensari, Kecamatan Ungaran Barat.

Menurutnya, itu menjadi salah satu kearifan lokal dan spirit yang harus dipertahankan dari keberadaan pasar tradisional. Bupati melihat ada semangat kerukunan dan kegotongroyongan dari komunitas yang ada pasar tersebut.

Komunitas di pasar tersebut juga memaknai Tahun Baru 1 Muharam 1441 Hijriyah melalui ungkapan rasa syukur dan merepresentasikannya dengan kirab seribu tumpeng.

Semuanya berdoa dengan penuh pengharapan agar di tahun yang akan berjalan, pasar dan para pedagang senantiasa mendapatkan keberkahan. “Nilai- nilai luhur seperti ini juga patut dipertahankan,” tegas bupati.

Perihal nilai- nilai kearifan lokal yang masih hidup dalam pasar tradisional diamini oleh Prayitno, salah satu warga Pasar Babadan. Menurutnya nilai- nilai yang dimaksud adalah kegotongroyongan dan kebersamaan.

Misalnya, antar para pedagang pasar juga tidak merasa bersaing, namun saling melengkapi dan membantu. Misalnya barang yang dicari pembeli di kiosnya, masih bisa mengupayakan atau mencari di kios pedagang lain yang masih tersedia.

“Dalam melaksanakan aktivitas di pasar, suasana kekeluargaan dan guyup juga masih ditunujukkan para pedagang,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement