REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, mengatakan pembelajaran dasar lewat menulis, membaca dan berhitung (calistung) tidak relevan untuk generasi milenial. Karenanya, standar dasar pendidikan harus ditingkatkan untuk mencapai setidaknya enam elemen literasi abad 21.
"Untuk calistung sudah tidak relevan lagi kalau sekarang digunakan standar pendidikan dasar untuk anak-anak milenial sekarang ini. Maka tugas kita sekarang adalah meningkatkan peranan pendidikan dasar abad 21. Menyiapkan generasi emas 2045 dalam rangka menyambut era industri 4.0," ujar Muhadjir di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (7/9).
Muhadjir menuturkan, di awal Indonesia merdeka, Presiden pertama, Soekarno, mencanangkan gerakan berantas buta huruf. Saat itu, persentase penduduk Indonesia yang masih buta aksara mencapai 97 persen.
Kemudian, di era Presiden Soeharto, pada 1974 pemerintah memulai program Sekolah Dasar Instruksi Presiden (SD Inpres) untuk pemerataan pendidikan di kawasan terpencil dan menyasar masyarakat berpenghasilan rendah. Kebijakan ini dilakukan secara besar-besaran dan bertujuan menuntaskan buta aksara.
"Dulu pemerintah kita itu fokus kepada pemberantasan buta huruf, termasuk juga pembangunan SD inpres secara besar-besaran itu agar supaya masyarakat melek huruf. Dan itu targetnya sangat signifikan berhasil. Tetapi untuk standar mempersiapkan generasi emas, menyongsong industri 4.0 sebetulnya standar pendidikan dasar ini sudah tidak memenuhi syarat. Karena itu sudah harus dinaikkan standarnya," tegas Muhadjir.
Sehingga, pemerintah berupaya menyadarkan masyarakat saat ini agar pendidikan dasar tidak berhenti di kemampuan calistung. "Tapi ya harus menguasai literasi yang lebih fungsional lagi, termasuk literasi digital, literasi keuangan, literasi budaya," dan sebagainya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud, Harris Iskandar, mengatakan setidaknya ada enam literasi dasar yang harus dikuasai oleh milenial dewasa. Keenamnya yakni calistung, literasi digital, literasi keuangan, literasi sains, literasi kewargaan dan kebudayaan.
"Ke depan saya kira standar kompetensi ini akan terus tumbuh setiap tahun. Mungkin akan bergeser instrumennya. Kami sudah memulai dengan dialog, seminar dan workshop. Kemudian setiap literasi di atas ada leading sector-nya misalnya Kominfo, OJK, Kemenkeu dan sebagainya," kata Harris.