Sabtu 07 Sep 2019 00:00 WIB

KNKT Duga Penyebab Kecelakaan di Cipularang karena Rem Blong

Truk mengalami rem blong karena kelebihan dimensi dan muatan.

Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono.
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menduga rem truk yang terlibat kecelakaan di Tol Cipularang mengalami blong karena kelebihan dimensi dan muatan (overdimension overloading/ODOL). Soerjanto saat ditemui di Jakarta, Jumat (6/9) menjelaskan setelah diperiksa, sistem rem ditemukan tidak ada kebocoran dan bekerja dengan baik.

Nah kenapa remnya kok bisa blong, itu kita lagi selidiki kemungkinan nanti kita melakukan dengan metode energi kita pengaruh overload yang diangkut itu 37 ton muatnya harusnya 12 ton overload-nya sekitar 25 ton,” katanya.

Baca Juga

Dengan kelebihan muatan sedemikian berat, Soerjanto meyakini dapat memengaruhi ke kemampuan rem. “Saya yakin overload yang segitu banyak akan berpengaruh ke kemampuan rem dari truk itu,” katanya.

Kampas rem yang panas akan mengubah dari padat menjadi gas, sementara itu apabila mengangkut lebih banyak muatan, daya cengkramnya akan semakin menekan kampas dan semakin panas. Kampas semakin panas akan semakin menguap dan berkurang, hal itu diduga yang menjadikan rem blong. “Karena daya geseknya berkurang karena panas, jadi seolah-olah seperti blong,” ujarnya.

Berdasarkan keterangan saksi, truk terguling karena tidak bisa mengerem dan akhirnya banting stir karena kelebihan muatan.

“Truk yang kedua ini tahu ada mobil berhenti karena truk terguling dia berusaha ngerem namun remnya sudah memgalami panas yang berlebih sehingga juga tidak efektif sehingga menabrak mobil,” katanya.

Untuk itu, ia sudah mengirimkan surat kepada Setneg, Kemenhub dan Kementerian BUMN agar tidak menggunakan truk ODOL untuk proyek pemerintah. “Seharusnya kita pemerintah jadi contoh untuk proyek pembanghnan tol, pelabuhan dan bandara tidak menggunakan truk ODOL,” katanya.

Soerjanto menyebutkan sejak 2012 sudah lebih dari 30 kecelakaan terinvestigasi yang disebabkan karena truk ODOL. “Truk ini mau enggak mau sejak masalahnya overload, kemudian rem blong dan masuk kota yang membuat 10 meninggal. Kemenhub harus serius dengan ketentuan truk ODOL,” katanya.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement