REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang, Supranoto mengatakan, angka stunting Kota Malang sudah mulai menurun dibandingkan tahun lalu. Angka yang semula 2.000 anak menjadi 1.640 hingga pertengahan 2019.
"Kalau secara umum di Jawa Timur sudah menurun nggak terlalu tinggi. Tetapi paling tidak kami tetap berupaya agar angka ini bisa terus menurun sampai 1.000 untuk tahun depan," ujar Supranoto kepada Republika.co.id, di halaman Balaikota Malang, Jumat (6/9).
Agar target tersebut tercapai, Supranoto mengungkapkan, pihaknya masih terus melakukan sosialisasi melalui kader di masyarakat. Setiap instansi kesehatan juga akan selalu mengadakan penjelasan permasalahan stunting. Hal ini termasuk memberikan pembelajaran cara meningkatkan asupan gizi untuk mencegah stunting.
Menurut Supranoto, pencegahan stunting dapat dilakukan sejak anak di dalam kandungan. Oleh sebab itu, asupan gizi seimbang harus diperhatikan masyarakat. "Pokoknya makan yang mengandung protein, karbohidrat, sayuran serta mineral dan vitaminnya harus seimbang. Jadi jangan cuma percaya protein tinggi tetapi kurang karbohidrat," kata dia.
Sementara itu, Warga Malang Fisca (26) mengaku sudah mengetahui secara umum pengetahuan tentang stunting. Dia tahu bahwa stunting merupakan salah satu gangguan tumbuh kembang yang dapat terjadi pada anak. Kondisi ini menyebabkan anak memiliki perawakan pendek.
"Itu bisa jadi karena faktor genetik, atau kurangnya asupan gizi selama masa kehamilan," jelas perempuan yang kini mengandung anak pertama tersebut.
Fisca sendiri saat ini lebih memperbanyak makanan yang mengandung zat besi, yodium, maupun asam folat. Ia juga mengonsumsi telur, pepaya dan brokoli untuk mencegah anak stunting. Bahkan, dia juga meminta suaminya agar tidak merokok di sekitarnya agar janin terhindar dari paparan asap rokok.