REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sebanyak 17 desa yang tersebar di 11 kecamatan di Kabupaten Cirebon terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih pada musim kemarau tahun ini. Jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah karena musim kemarau masih terus berlangsung.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Dadang Suhendra, menyebutkan, kecamatan yang desanya terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih itu di antaranya adalah Kecamatan Greged, Gebang, Gegesik, Gunungjati, Kaliwedi, Panguragan, Sedong, Slangit, Suranenggala dan Kecamatan Talun.
"Jumlah warga yang mengalami krisis air bersih sebanyak 55.915 jiwa atau 15.983 kepala keluarga (KK)," kata Dadang, Kamis (5/9).
Dadang menyatakan, jika dibandingkan tahun lalu, kekeringan tahun ini lebih parah. Pada tahun lalu, hanya ada 16 desa yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih. Sedangkan tahun ini, hingga awal September, jumlah desa yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih sudah mencapai 17 desa. "Jumlah ini kemungkinan masih bisa bertambah karena musim kemarau masih terus berlangsung," kata Dadang.
Dadang menambahkan, kekeringan pada tahun ini pun terjadi lebih awal, yakni Juni. Sedangkan tahun lalu, kekeringan baru terjadi pada Agustus hingga September.
Lebih lanjut Dadang mengatakan, untuk mengatasi kekurangan air bersih yang dialami warga, pihaknya terus mendistribusikan bantuan air bersih. Selain PDAM Kabupaten Cirebon, pendistribusian bantuan air bersih juga dilakukan dengan menggandeng pihak swasta.
Sementara itu, pendistribusian bantuan air bersih yang dilakukan BPBD dan PDAM Kabupaten Cirebon di antaranya terlihat di RT 02 RW 04, Desa Muara, Kecamatan Suranenggala. Di lokasi tersebut, air bersih sebanyak satu tangki berkapasitas 4.300 liter air langsung diserbu warga.
Terdapat 98 KK atau 465 jiwa di desa itu yang mengalami krisis air bersih. Warga mengaku senang dengan adanya bantuan air bersih yang sangat mereka butuhkan. Warga pun datang ke lokasi pembagian air bersih dengan membawa berbagai wadah penampungan air seperti ember dan jeriken.
"Air sumur sudah asin. Untuk mendapat air bersih, warga membelinya di pedagang keliling," ujar seorang warga desa setempat, Wardi.