Kamis 05 Sep 2019 08:55 WIB

Mobil Listrik Diharapkan Beroperasi di Ibu Kota Baru

Target mobil listrik beroprasi di ibu kota baru untuk menekan pencemaran udara.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Karta Raharja Ucu
Perpres mobil listrik
Foto: Tim Infografis Republika
Perpres mobil listrik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengharapkan kendaraan listrik bisa digunakan di daerah calon ibu kota baru di Kalimatan Timur serta daerah-daerah wisata lain di Nusantara. Pemakaian kendaraan listrik ini dimaksudkan untuk menekan pencemaran udara.

"Sebaiknya mesti mobil listrik. Kemarin, Pak Presiden menuju ke daerah-daerah wisata di Toba dan daerah-daerah lain diharapkan semua mobil listrik semuanya," ujar Moeldoko ketika menghadiri Indonesia Electric Motor Show (IIMS) 2019 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (4/9).

Menurut Moeldoko, masalah infrastruktur untuk mobil listrik, seperti stasiun pengisi daya atau charging station bisa dibangun dan ditempatkan dengan ekosistem yang baik. Maksudnya, kata dia, adalah bagaimana menyambungkan ketersediaan listrik lalu tem pat yang disediakan oleh pemerintah daerah serta teknologi pengisian daya yang dikem bangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, BPPT akan menyiapkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu sampai ke hilir. Hal itu harus dilakukan untuk memberikan kenyamanan pengguna agar mayoritas masyarakat bisa menggunakan kendaraan listrik di masa depan.

Hammam mengatakan, ada ba nyak hal yang perlu dipertimbangkan dan disiapkan untuk membangun ekosistem tersebut, sehingga kendaraan listrik dapat digunakan masyarakat secara luas. Dia mengaku, Technology Readiness Levels (TRLs) atau tingkat kesiapan teknologi yang dimiliki oleh Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara yang sudah melakukan komersialisasi kendaraan listrik.

BPPT, kata dia, perlu mempertimbangkan bagaimana persediaan bahan listrik untuk kendaraan tersebut. BPPT juga perlu memikirkan bagaimana teknologi charging yang dapat digunakan untuk di rumah dan Sistem Pengisian Listrik Umum (SPLU).

"Kita juga harus bisa membangun ekosistem dari industri. Industri rancang bangun," ujar dia.

BPPT, kata Hammam, perlu bekerja keras untuk mendesain dan membangun produksi mobil listrik karya Indonesia dengan mempertimbangkan ketersediaan pabrik, manufaktur, dan bahan bakunya. Semua itu, masuk ke dalam ekosistem yang dibutuhkan untuk mengembangkan kendaraan bermotor listrik di Indonesia.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menekankan pentingnya rantai pasokan untuk mendukung penggunaan mobil listrik di Indonesia. "Saya sudah minta kepada BPPT untuk melakukan riset dalam kaitannya dengan bagaimana ekosistem dalam pembuatan baterai, bagai mana membuat supply chain kendaraan listrik," ujar dia.

Nasir berharap, jika rantai pasokan dan ekosistem yang mumpuni tercipta maka akan men dukung kehadiran kendaraan listrik. Ekosistem yang ia maksud adalah bagaimana ketersediaan listrik dipenuhi PT PLN, sedangkan ke hadiran stasiun pengisi daya de ngan cepat dikembangkan oleh BPPT.

Dia menargetkan, pada 2022 Indonesia sudah bisa mem produksi mobil listrik nasional. Saat ini, Kemenristekdikti meng gandeng lima perguruan tinggi, yakni UI, ITB, UGM, UNS, dan ITS untuk bekerja sama membuat perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembuatan mobil listrik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement