Rabu 04 Sep 2019 20:45 WIB

Pemerintah Tambah Lima Bendungan di Ibu Kota Baru

Penambahan lima bendungan untuk mengantisipasi masalah air di ibu kota baru.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Karta Raharja Ucu
Sejumlah anak bermain di kawasan yang masuk ke dalam wilayah ibu kota negara baru di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Sabtu (31/8/2019).
Foto: Antara/Akbar Tado
Sejumlah anak bermain di kawasan yang masuk ke dalam wilayah ibu kota negara baru di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Sabtu (31/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah menambah lima bendungan air di Kalimantan Timur (Kaltim). Menurut Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Fauzi Idris penambahan ini ditunjukkan agar ketersediaan air di ibukota negara baru tersebut tercukupi.

Fauzi menerangkan, Kaltim sebenarnya saat ini telah memiliki empat alternatif penyediaan air baku. Antara lain Bendungan Manggar dan Bendungan Teritip. Selanjutnya, adapula Loa Kulu dan Intake Kalhol (sumber Sungai Mahakam).

Lima bendungan tambahan lainnya kini masih dalam proses pembangunan. Adapun bendungan-bendungan tersebut, yakni Embung Aji Raden, Intake Loa Kulu (Sungai Mahakam) dan Bendungan Samboja. Kemudian Bendungan Lambakan dan Bendungan Sepaku Semoi juga masuk dalam kategori ini.

"Potensi ini harus digali dan disiapkan. Karena ada juga beberapa lumbung air yang harus kita tingkatkan untuk ibu kota baru, sesuai dengan pertambahan penduduk. Dan kita punya beberapa tempat dan lima itu memiliki potensi besar," kata Fauzi kepada wartawan di Gedung Dekanat Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya (UB), Kota Malang, Rabu (4/9).

Di sisi lain, Fauzi juga mengungkapkan, kebutuhan air baku di kota besar dengan populasi 5 sampai 10 juta jiwa biasanya sekitar 150 liter per orang setiap hari. Kota metropolis dengan populasi di atas 10 juta jiwa sekitar 170 liter per orang per hari. Jika terdapat tambahan 3 juta penduduk, maka kebutuhan air dapat mencapai 180 liter per orang setiap hari.

Melihat angka kebutuhan tersebut, Fauzi tidak menampik, agak sedikit pesimis untuk mencapainya. Namun ini bukan berarti pemerintah berhenti mencari solusi di dalamnya. Apalagi Kaltim memiliki potensi Sumber Daya Air sekitar 1,5 triliun meter per kubik.

Hal yang pasti, kata Fauzi, pemerintah akan berusaha mencapai lima aspek perihal masalah air. Antara lain, ketersediaan air dengan memperhatikan kualitas dan kuantitasnya sebaik mungkin. Lalu aliran air harus menjangkau seluruh lokasi termasuk daerah-daerah terpencil.

"Dan kontinuitas, air tetap mengalir dari hulu sebelum diolah sampai produksi ke masyarakat, pabrik dan sebagainya," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement