Rabu 04 Sep 2019 15:27 WIB

Jokowi Sesalkan Indonesia tak Dilirik Investor Cina

Jokowi minta menterinya menyisir hambatan investasi di Indonesia.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (4/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegur menteri-menteri ekonomi di kabinetnya untuk kembali menyisir hambatan investasi di Indonesia. Presiden menyesalkan sepinya minat investasi asing ke dalam negeri, terutama dari Cina dan Jepang. 

Mengutip laporan Bank Dunia, Jokowi menyebut bahwa Indonesia tak dilirik perusahaan-perusahaan Cina yang mau merelokasi atau membuka pabrik baru di luar negaranya. Menurut data teranyar pada 2019 ini, dari 33 perusahaan asal Cina yang berekspansi, 23 di antaranya memilih Vietnam sebagai lokasi pabrik baru dan 10 perusahaan lain memilih membuka pabrik di Malaysia, Thailand, dan Kamboja. 

Baca Juga

"Nggak ada yang ke kita. Tolong ini digarisbawahi. Hati-hati berarti kita punya persoalan yang harus kita selesaikan," ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Rabu (4/9). 

Usut punya usut, kata Jokowi, ganjalan mendasar terkait tidak diliriknya Indonesia oleh investor asal Cina adalah lamanya proses perizinan. Di Vietnam, ujarnya, hanya butuh dua bulan untuk mengurus perizinan pembukaan pabrik baru. Sementara di Indonesia, Jokowi menyebut butuh berbulan-bulan lamanya bagi perusahaan yang ingin berekspansi ke sini. 

"Penyebabnya hanya itu. Nggak ada yang lain. Oleh karena itu, saya suruh kumpulkan regulasi-regulasi itu ya itu larinya nanti ke sana," kata Presiden.

Insiden tidak lakunya Indonesia di mata investor juga terjadi saat 73 perusahaan akan membuka pabrik baru di luar negeri pada 2017 lalu. Jokowi menyebut, sebanyak 43 perusahaan di antaranya memutuskan mengembangkan usaha di Vietnam, 11 perusahaan memilih Thailand, 10 perusahaan ke Indonesia, dan sisanya ke Filipina. 

"Sekali lagi masalah itu ada di internal kita sendiri. Agar kunci kita keluar dari perlambatan ekonomi global itu ada di situ. Dan kemungkinan bisa memayungi kita dari kemungkinan resesi global yang semakin besar juga ada di situ," kata Presiden. 

Jokowi sengaja mengangkat isu sepinya investasi di Tanah Air untuk mengingatkan menteri-menterinya terhadap risiko terjadinya resesi ekonomi. Kemungkinan terjadinya resesi ekonomi global memang semakin nyata akibat lesunya ekonomi dunia yang masih saja terjadi. 

Jokowi mengatakan bahwa pemerintah mau tak mau harus menyiapkan bantalan agar resesi tidak merembet ke Indonesia. Baginya, salah satu jurus paling ampuh untuk mencegah resesi adalah memperkuat fundamental ekonomi nasional dengan cara memperderas aliran modal asing. 

"Kita berharap perlambatan pertumbuhan ekonomi kemudian dampak dari resesi semakin besar ini bisa kita hindarkan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement