REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Heru Subroto mengungkapkan, selama ini upaya mitigasi atas bencana kekeringan yang ada di daerahnya masih bersifat jangka pendek.
“Dropping bantuan air bersih air ke wilayah terdampak kekeringan seperti yang selama ini dilakukan, sebenarnya hanya mengatasi persoalan jangka pendek. Karena dilakukan saat memang dibutuhkan,” ungkapnya di Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin (2/9).
Menurutnya, upaya mitigasi bencana kekeringan jangka panjang selama ini lebih banyak non fisik dan sifatnya masih berupa imbauan- imbauan atau edukasi kepada masyarakat terkait apa yang harus dilakukan dalam menghadapi dampak musim kemarau.
Kalaupun ada langkah- langkah mitigasi secara fisik, masih berupa kegiatan- kegiatan seperti penanaman atau penghijauan yang ada di lingkungan sekitar sumber air dengan harapan area resapan air tetap terjaga.
Padahal, masih jelas Heru, terkait mitigasi jangka panjang atas bencana kekeringan juga diperlukan agar upaya penanganannya bisa optimal. Sebab jika berbicara soal mitigasi ada tahapan pra bencana, saat terjadi bencana serta setelah terjadi bencana.
“Nah mitigasi pra bencana ini harus ditingkatkan agar persoalan krisis air bersih pada saat musim kemarau tidak selalu terjadi dan menjadi masalah menahun di wilayah Kabupaten Semarang ini,” ungkap mantan Kabag Humas Pemkab Semarang ini.
Ia mencontohkan, salah satu mitigasi pra bencana yang penting dilakukan adalah pembuatan sumur bor yang penentuan titiknya cukup efektif untuk mendukung penanganan di wilayah terdampak kekeringan.
Beberapa wilayah yang selama ini menjadi langganan dampak musim kemarau memang tidak memiliki sumber air tanah, namun pembuatan sumur bor di lokasi yang terdekat diharapkan akan sangat membantu.
Upaya mitigasi jangka panjang juga tidak hanya terbatas pada fisiknya saja, namun juga dalam manajemen penanganannya. Belum lagi dengan fungsi koordinasi antar OPD yang juga masih harus diperkuat lagi.