REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto akan kembali ke Papua dan Papua Barat. Keputusan tersebut dilakukan lantaran belum pulihnya situasi keamanan di Bumi Cenderawasih.
“Saya (bersama Panglima TNI), akan paling tidak empat sampai lima hari, mungkin sepekan ada di sana (Papua dan Papua Barat),” kata Tito di Jakarta, Ahad (1/9). Tito mengatakan, bersama Hadi baru akan kembali ke Jakarta jika situasi keamanan di Papua dan Papua Barat kondusif.
“Sampai aman, dan betul-betul kondusif,” terang Tito.
Keputusan berkantor di Papua dan Papua Barat menjadi yang kedua kalinya dilakukan dua jenderal penanggung jawab keamanan dan pertahanan itu selama terjadi gejolak sosial di provinsi paling timur Indonesia sejak Senin (19/8). Pekan lalu, Tito bersama Hadi juga melakukan safari ke sejumlah kota-kota terdampak kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Keduanya berkunjung ke Manokwari, Sorong, Biak, Timika, juga Jayapura.
Tito, dalam penjelasannya Kamis (29/8) lalu di Mabes Polri mengatakan, sekitar tiga hari kunjungan ke Papua dan Papua Barat, keduanya mengajak para tokoh masyarakat adat setempat untuk berdialog. Kata Tito, dalam dialog bersama tersebut menghasilkan komitmen yang sama. Yakni, untuk membuat Papua dan Papua Barat kembali kondusif dan aman.
Juga, dalam dialog tersebut, kalangan adat mendesak Polri dan TNI mengusut insiden rasisalisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang. Insiden rasialisme itu, diyakini menjadi pangkal sebab gelombang unjuk rasa yang berujung kerusuhan terjadi di Papua dan Papua Barat.
Akan tetapi, sepulangnya Tito dan Hadi dari kunjungan tersebut, pada Rabu (28/8), di Distrik Deiyai, unjuk rasa yang berujung kerusuhan kembali terjadi. Bahkan menjadi yang terparah karena menimbulkan korban jiwa. Enam warga meninggal dunia serta luka-luka, dan satu anggota TNI, serta lima kepolisian babak belur dalam kerusuhan.
Sehari berikutnya, Kamis (29/8), gelombang unjuk rasa kembali terjadi di Jayapura. Meski belum dipastikan adanya korban meninggal dunia dalam kerusuhan di Ibu Kota Papua itu, namun gelombang massa nekat membakar fasilitas publik dan kantor telekomunikasi. Meski demikian, Kapolri Tito melanjutkan, sampai Ahad (1/9), situasi umum di Papua dan Papua Barat sudah berangsur kondusif. Namun tetap belum stabil. Karena itu, kata Tito, Polri bersama TNI mengirimkan 6.000 personel keamanan ke Papua dan Papua Barat.