REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sedikitnya, 30 hektare lahan di kawasan cagar alam Kabupaten Garut mengalami kebakaran selama musim kemarau. Kebakaran lahan itu terjadi di dua titik, yaitu Gunung Guntur dan Gunung Papandayan.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah Wilayah V, Bidang KSDA Wilayah III Ciamis, Balai Besar KSDA Jawa Barat, Purwantono mengatakan, lebih dari 30 hektare lahan di kawasan cagar alam terbakar sejak Juli-Agustus 2019. Kebakaran pertama terjadi di Gunung Papandayan yang menghanguskan semak belukar sekitar 10 hektare, pada 4 Agustus.
"Semak belukar di blok Gunung Puntang mencapai 10 hektare, tapi tak sampai membakar pohon besar," kata dia, Ahad (1/9).
Meski begitu, menurut kebakaran itu tidak terdampak langsung ke satwa yang ada di kawasan cagar alam Gunung Papandayan. Pasalnya, lokasi terjadinya kebakaran bukan merupakan habitat satwa.
Ia menjelaskan, terdapat beberapa satwa prioritas yang terdapat di Gunung Papandayan, seperti macan tutul, elang jawa, dan monyet. Namun, kebakaran yang terjadi tidak sampai mengganggu habitat satwa prioritas.
"Itu hanya daerah lintasan. Ada pengaruh, tapi dampaknya tidak terlalu parah, tidak sampai membuat hewan mati," kata dia.
Selain itu, kabakaran lahan juga terjadi di kawasan cagar alam Gunung Guntur. Setidaknya, telah tiga kali kebakaran melanda kawasan itu. Terakhir, kebakaran terjadi pada 21 Agustus 2019 yang menghanguskan sekitar 20 hektare lahan.
Sebelumnya, dua kebakaran juga terjadi di Gunung Guntur. Namun luasan lahan yang terbakar tak sampai 2 hektare.
Hingga saat ini, belum dapat dipastkan penyebab kebakaran yang terjadi di Gunung Guntur. Menurut Purwantono, besar kemungkinan kebakaran terjadi akibat ulah manusia.
"Di Guntur kita belum tahu pasti penyebabnya. Kita belum bisa membuktikan tapi kuat dugaan karena faktor manusia," ucap dia.
Ia menjelaskan, kebakaran yang terjadi di Gunung Guntur sudah empat kali terjadi pada musim kemarau kali ini. Namun, satu kebakaran terjadi di lahan warga, bukan kawasan cagar alam.
"Tapi itu kita padamkan juga. Kalau dibiarkan merambatnya ke dalam juga," kata dia.
Purwantono tetap mengimbau warga dan juga pendaki untuk selalu waspada potensi kebakaran selama musim kemarau ini. Ia juga mengingatkan warga dan pendaki tidak membuat api sembarangan, apalagi sampai ditinggal.