REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Holtikultura Cianjur, Jawa Barat, mencatat sepanjang kemarau menyebabkan 4.001 hektare lahan pertanian padi terdampak, bahkan 1.283 hektare mengalami puso. Total kerugian petani diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Cianjur, Henny Iriani Winata pada wartawan mengatakan berbagai upaya tengah dilakukan untuk menekan dampak akibat kekeringan yang terjadi, agar tanaman petani dapat terselamatkan
"Kekeringan yang terjadi pada musim kemarau melanda seluruh kecamatan di Cianjur terutama di wilayah selatan. Meskipun dinas sudah mengimbau petani untuk melakukan pola tanam yang dianjurkan," katanya di Cianjur, Kamis (30/8).
Berdasarkan laporan, jumlah lahan yang terdampak kekeringan mencapai 4.001 hektar terbagi dalam tiga kategori ringan 931 hektare, 947 hektare sedang dan berat 840 hektare, serta puso 1.283 hektare. Untuk kategori ringan dan sedang, tutur dia, kemungkinan besar masih dapat terselamatkan jika segera mendapatkan pasokan air, sedangkan kategori berat kemungkinan mengalami puso.
Jumlah produksi padi di lahan yang puso mencapai 14.557,42 ton, dengan rincian dalam satu hektare lahan menghasilkan padi sebanyak 5,51 ton.
"Jumlah produksi padi yang hilang cukup besar sebagai dampak dari kekeringan yang berakibat tanaman padi puso atau gagal panen," katanya.
"Besarnya lahan pertanian yang puso dipastikan merugikan petani. Mereka terancam kehilangan penghasilan dalam satu musim jika masih terus terjadi kekeringan," katanya.
Jika dihitung potensi kerugian mencapai sekitar Rp 69,87 miliar dengan asumsi harga padi per ton Rp 4.800.000. Sehingga pihaknya mengimbau petani, untuk meminimalisasi kerugian di musim kemarau dengan menanam palawija.