Kamis 29 Aug 2019 12:07 WIB

Kapolri: Korban Sipil di Deiyai Terkena Panah Kubu Penyerang

Korban meninggal karena luka parah akibat terkena panah di bagian punggung belakang.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Andi Nur Aminah
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kanan) dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memberikan keterangan seusai menggelar pertemuan tertutup di Mapolda Papua, Jayapura, Papua, Selasa (27/8/2019).
Foto: Antara/Gusti Tanati
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kanan) dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memberikan keterangan seusai menggelar pertemuan tertutup di Mapolda Papua, Jayapura, Papua, Selasa (27/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri menyebutkan adanya dua korban kalangan warga dalam insiden di Deiyai, Papua Barat, Rabu (28/8). Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, dua korban tersebut, satu yang meninggal dunia. Satunya lagi, kata dia, terluka akibat peluru dari senjata petugas.

Namun ia menegaskan, dua korban tersebut, bagian dari kelompok yang melakukan penyerangan ke pihak keamanan. “Kita tahu bahwa di sana ada kelompok bersenjata, kita tahu. Ini kelompok yang berasal dari Paniai. Rupanya mereka sembunyi di balik masa ini, dan lakukan penyerangan kepada petugas,” kata Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan (Jaksel), Kamis (29/8).

Baca Juga

Tito pun membela pasukan keamanan yang terpaksa melepaskan tembakan ke kelompok penyerang. Akan tetapi, pun kata dia, tembakan dari petugas tak menggunakan peluru tajam. “Petugas yang ada melakukan pembelaan diri saya dengar menggunakan peluru karet,” ujar Tito.

Penggunaan amunisi tak mematikan itu, ada satu yang mengenai kelompok penyerang. “Sehingga ada juga yang terkena bagian kakinya,” ujar dia.

Terhadap korban yang meninggal dunia, Tito mengatakan itu bukan disebabkan senjata petugas. Melainkan, meninggal karena luka parah akibat terkena panah di bagian punggung belakang.

Tito menjelaskan, petugas keaman dari Polri dan TNI, tak pernah ada yang menggunakan anak panah, maupun parang selama bertugas. Ia meyakini, korban yang meninggal dunia tersebut, akibat senjata anak panah dari kelompok penyerang yang salah sasaran.

“Panah ini, berasal dari belakang, dari kelompok penyerang sendiri. Sehingga kita duga dia meninggal karena terkena panah dari penyerang sendiri,” kata Tito.

Insiden di Distrik Deiyai berawal dari aksi massa lanjutan warga Papua dan Papua Barat yang terjadi sejak Senin (19/8). Insiden tersebut menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak.

Di kubu keamanan, satu anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) gugur akibat sabetan benda tajam di bagian kepala, dan dua lainnya luka-luka akibat terkena anak panah. Tiga anggota Polri, pun mengalami luka-luka akibat serangan kelompok yang dituduh menyerang petugas.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement