REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Saat lahan sawah tidak ditanami karena kemarau, kalangan petani di Kabupaten Purbalingga mengisi kegiatannya dengan melakukan gropyokan atau memburu tikus. Kegiatan ini antara lain dilakukan warga Desa Grantung Kecamatan Karangmoncol.
''Setiap hari Ahad, seluruh petani di desa kami terlibat dalam kegiatan gropyokan tikus,'' kata Sekdes Grantung Ahmad Sukirno, Selasa (27/8).
Dia menyebutkan, kegiatan ini dilakukan mengingat sejak setahun terakhir, hama tikus kerap menyerang tanaman padi yang ditanam petani. Sudah dua kali masa tanam, hama tikus merajalela di sawah.
Bahkan dampak serangan hama tikus ini, menyebabkan hasil panen petani turun drastis. Sawah per hektar yang seharusnya bisa menghasilkan 4-5 ton gabah, paling banyak hanya mendapatkan 1 ton. ''Bahkan seringkali tanaman padi yang ditanam, ludes diserang hama tikus,'' katanya.
Berbagai cara, menurut Sukirno, sudah dilakukan petani untuk mengatasi hama tikus. Baik dengan memberikan racun tikus, maupun dengan menyemprot obat anti hama. Namun berbagai upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Untuk itu, pada saat sawah tidak ditanami di musim kemarau seperti sekarang, petani sepakat untuk melakukan gropyokan tikus. ''Hasilnya, setiap kali dilakukan grropyokan, kami berhasil mendapatkan 1.000 hingga 2.000 ekor tikus," ujar dia.
Dia menyatakan, kegiatan gropyokan tikus ini akan terus dilakukan hingga musim penghujan tiba. Hal ini mengingat hama tikus perkembangan biakan tikus berlangsung sangat cepat. ''Mudah-mudahan, setelah dilakukan gropyokan, sawah kami tidak lagi diserang hama tikus di musim tanam mendatang,'' kata dia.