Selasa 27 Aug 2019 06:50 WIB

Akademisi: Pemindahan Ibu Kota Negara Pengaruhi Pola Mudik

Pola mudik akan berubah menyusul pemindahan Ibu Kota negara ke Pulau Kalimantan.

Kendaraan pemudik memadati pintu gerbang tol Cipali, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (30/5/2019).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Kendaraan pemudik memadati pintu gerbang tol Cipali, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (30/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemindahan Ibu Kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur akan berpengaruh pada banyak hal di masyarakat. Pengamat transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno mengungkapkan, pola mudik pun dipastikan berubah.

“Pola mudik Lebaran mestinya berubah,” kata Djoko kepada Antara di Jakarta, Senin.

Djoko menjelaskan, perubahan tersebut mulai dari jenis moda transportasi yang selama ini didominasi angkutan darat, maka diperkirakan akan bergeser ke angkutan laut. Angkutan laut merupakan moda transportasi yang biasanya dipilih para perantau, selain angkutan udara.

Sementara itu, menurut Djoko, bisnis angkutan udara saat ini masih dirundung harga tiket yang masih mahal. Djoko mengatakan, kelak pergerakan di Bandara Internasional Seokarno-Hatta akan berkurang drastis sebesar 50 persen mengingat penumpang paling banyak berangkat dengan tujuan perjalanan dinas.

“Sebagian besar orang ke Jakarta itu karena perjalanan dinas, sehingga dampaknya juga nanti pengunjung hotel akan berkurang,” katanya.

Selanjutnya, Djoko memproyeksikan tol Trans Jawa akan sepi. Lalu-lintas tol Jakarta-Cikampek juga terpengaruh.

Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan rencana pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur pada Senin (26/8/2019). Lokasi tersebut, tepatnya di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanagara Provinsi Kalimantan Timur

Menurut Presiden, lokasi tersebut merupakan lokasi yang paling ideal untuk Ibu Kota yang baru karena telah melalui dua kajian, yakni struktur tanah dan dampak ekonomi.

Terkait mudik Lebaran, berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, jumlah penumpang angkutan udara menurun signifikan pada H-7 hingga H+7 Lebaran 2019, yakni sebanyak 3.522.585 pemudik atau menurun sebesar 27,37 persen dibanding tahun 2018 sebanyak 4.850.028 pemudik.

Di sisi lain, terdapat peningkatan jumlah pemudik yang menggunakan angkutan darat selama arus mudik dan arus balik pada H-7 hingga H+7 Lebaran yakni sebanyak 4.160.622 atau meningkat 11,19 persen dari tahun 2018 sebanyak 3.741.741 pemudik.

Adapun, pemudik menggunakan moda angkutan laut sebanyak 1.486.065 pemudik atau meningkat 8,77 persen dari tahun 2018 sebanyak 1.366.254 pemudik. Pemudik yang menggunakan angkutan penyeberangan sebanyak 4.086.407 pemudik atau meningkat sebanyak 0,43 persen dari tahun 2018 yang sebanyak 4.068.968 pemudik.

Sementara itu, pemudik menggunakan moda kereta api sebanyak 5.087.342 meningkat 6,62 persen dari tahun 2018 sebanyak 4.771.324 pemudik. Total pemudik selama masa lebaran 2019 sebanyak 18.343.021 pemudik atau menurun menurun 2,42 persen dibandingkan pada 2018 sebanyak 18.798.315 pemudik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement