REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek enggan berkomentar mengenai mengantisipasi dampak kesehatan akibat asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau yang diduga telah menimbulkan korban jiwa satu orang meninggal dunia. "Kita sekarang sedang membicarakan tanaman bajakah, jangan membahas yang lain," katanya saat ditemui Republika.co.id usai konferensi pers sikap Kementerian Kesehatan mengenai tanaman bajakah untuk pengobatan kanker, di Kemenkes, Jakarta, Senin (26/8).
Terpisah, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto yang menangani karhutla mengaku dia tidak lagi menjabat di posisi itu. "Saya sudah tidak menjabat posisi itu per 1 Agustus 2019," ujarnya.
Hingga saat ini, ia menyebut jabatan itu masih kosong. Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati juga bungkam. Pesan singkat maupun telpon dari Republika tidak mendapatkan respons.
Sebelumnya seorang warga Kota Pekanbaru ditemukan meninggal dunia di daerah Rimbo Panjang. Diduga kondisi kesehatannya memburuk akibat polusi asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau.
“Memang di sekitar Rimbo Panjang itu ada kebakaran (lahan), tapi kemungkinan sebagian kecil karena pengaruh riwayat vertigo juga, dan mungkin karena kondisi asap bisa jadi pemicu (meninggal),” kata Shadik Helmy, anak kandung almarhum Helmy Oemar di Pekanbaru, Ahad (25/8).
Helmy Oemar yang berusia 59 tahun, sempat menghilang selama satu hari, dan tidak ada kabar. Dia kemudian ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Ahad (25/8) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.