Senin 26 Aug 2019 12:33 WIB

Merajut Masa Depan dengan Sejarah

"Jangan pernah melupakan sejarah. Ini akan membuat dan mengubah siapa diri kita."

Lisa Aulia
Foto: dokpri
Lisa Aulia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lisa Aulia, Mahasiswi Sastra Inggris UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tak dapat dipungkiri kesuksesan, kegemilangan, maupun kebesaran suatu negara tanpa jejak sejarah yang mengantarkan suatu negara untuk menggapai segala pencapaian tersebut. Sejarah menyimpan rentetan peristiwa, konflik  hingga tangisan, dan darah. Sejarah adalah fakta yang tak bisa dihindari apalagi dilupakan.

Jepang menjadi negara penghasil teknologi-teknologi canggih. Amerika menghasilkan film-film dan karya sastra yang mendunia. Finlandia menciptakan mutu-mutu pendidikan yang berkualitas. Semua itu adalah bentuk dari warisan sejarah yang terus dikembangakn dan diperbarui. 

Fakta yang telah terjadi ini haruslah dijadikan pedoman untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Jikalau manusia sudah tak lagi mau menengok kilasan kembali apa yang telah terjadi maka rajutan masa depan hanya dipenuhi oleh rasa ragu dan khawatir. Indonesia dengan jejak sejarah yang amat berliku dan dipenuhi perjuangan nyatanya tak membuat rakyatnya tertarik untuk mempelajari sejarah.

Sejarah Indonesia dengan jelas memaparkan betapa penjajahan dan penghinaan yang dilakukan oleh Belanda sangat tak dapat dimaafkan. Setelah berabad-abad menginjak-injak martabat rakyat Indonesia masih saja kembali ketika Indonesia sudah mengumumkan kemerdekaannya. Kemerdekaan yang baru seumur jagung itu harus menjadi korban Belanda yang tak hentinya menginginkan kekayaan bumi pertiwi.

Materi menjadi alasan mengapa penjajahan menjadi kejahatan yang tak termaafkan. Tidaklah aneh jika negara-negara besar masih saja mencari kesempatan meraup kekayaan negeri tercinta ini dengan segala cara. Itulah mengapa sejarah menjadi pedoman karena dengannya segala kejahatan ini terungkap.

Kurangnya perhatian rakyat Indonesia terhadap sejarah telah membawa negara ini menjadi terombang-ambing. Perusahaan-perusahaan asing masuk dengan gencarnya. 

Tambang emas di Papua adalah contoh paling nyata yang amat menggerus martabat negeri ini. Bukan hanya kurangnya perhatian terhadap sejarah namun sejarah yang disajikan di bangku-bangku sekolah juga tak memiliki kekuatan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme dan kecintaan terhadap nilai-nilai keindonesiaan.

Data yang dipaparkan oleh Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih membuat rakyat terhenyak bahwa sekitar 90 persen dari produk yang dijual di seluruh marketplace perdagangan online atau e-commerce Indonesia adalah barang impor. Produk lokal hanya mendapat tempat yang sangat kecil bahkan di negaranya sendiri. 

Fakta tersebut pastilah menampar rakyat Indonesia bahwa negara asing masih mendominasi negeri ini. Maka dibutuhkan kesadaran yang tinggi untuk mulai menggemari sejarah dan mempelajarinya sebagai bekal untuk membangun bangsa yang bermartabat. 

Hal ini dapat dimulai dengan membaca buku sejarah, mengadakan diskusi tentang sejarah, bahkan memperbaiki kurikulum mata pelajaran sejarah. Sejarah akan membentuk dan menguatkan karakter-karakter penerus bangsa. Seperti yang Soekarno katakan “Jangan pernah melupakan sejarah. Ini akan membuat dan mengubah siapa diri kita.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement