Senin 26 Aug 2019 06:46 WIB

Dishut DKI Jelaskan Tujuan Pembuatan Instalasi Gabion

Dishut DKI berharap instalasi gabion tersebut akan menambah wawasan masyarakat.

Rep: Umi Soliha/ Red: Ratna Puspita
Warga melintas di dekat instalasi batu gabion di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (23/8).
Foto: Republika/Putra M Akbar
Warga melintas di dekat instalasi batu gabion di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (23/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsita menjelaskan tujuan pembuatan instalasi gabion atau bronjong batu yang ditempatkan di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta. Ia mengatakan instalasi gabion itu bukan hanya sebagai dekorasi HUT ke-74 RI, melainkan juga untuk memberikan contoh tumbuhan penyelaras lingkungan kepada masyarakat. 

Suzi menjelaskan Dishut DKI menyusun instalasi tersebut dengan memadukan beberapa tumbuhan penyerap polutan dan batu sebagai penyerap air. Ia menyebutkan batu yang digunakan dalam instalasi gabion tersebut di antaranya batu gamping. 

Baca Juga

Batu yang merupakan terumbu karang mati dan mengalami proses geologi serta ditemukan di pegunungan ini sempat menjadi perdebatan. Warganet sempat menduga batu yang digunakan dalam instalasi gabion tersebut merupakan terumbu karang. 

Suzi mengatakan Dishut DKI sudah mengajak aktivis dan geolog untuk melihat langsung batu tersebut dan disimpulkan sebagai batu gamping. "Sangat disayangkan, jika masyarakat akan menganggap batu ini adalah terumbu karang,” kata dia, Ahad (25/8).

Kendati demikian, ia tetap berharap, instalasi gabion tersebut akan menambah wawasan masyarakat. Apalagi, ia menambahkan, Dishut DKI berencana menggunakan batu gamping pada pembangunan taman-taman dengan konsep rain garden. 

Suzi menyatakan salah satu bahannya adalah batu gamping karena untuk menyerap air. “Ke depan dinas kehutanan akan membuat taman dengan konsep rain garden,” kata dia.

Sebagai medium yang memberikan wawasan baru, ia mengatakan, Dishut DKI akan menggandeng pemerhati lingkungan dan geolog untuk memuat narasi mengenai batu gamping. Narasi tersebut juga akan mengajak masyarakat untuk peduli dengan terumbu karang. 

“Sehingga, narasi tersebut sangat penting adanya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tak ada salah paham," kata dia.

Suzi menambahkan batu gamping tersebut dibeli dari penjual ornamen landsekap di Jakarta. Sementara untuk tumbuhan penyerap polutan, sebagian merupakan budidaya Dishut DKI dan sebagian lainnya dibeli dari penjual tanaman. 

Namun, ia tidak menjelaskan dengan rinci biaya yang dikeluarkan untuk membeli batu gamping dan tanaman tersebut. Suzi juga tidak menyebutkan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan instalasi gabion. 

Ia hanya menegaskan,  perancangan instalasi tersebut tak melibatkan seniman atau pihak dari luar. Desain tersebut, kata dia, adalah murni konsep dari tim teknis Dinas Kehutanan DKI.

Ia juga membantaj kabar anggaran pembuatan instalasi menghabiskan Rp 150 juta. Ia meluruskan, jumlah tersebut merupakan biaya keseluruhan dekorasi DKI untuk menyambut Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia. 

“Nilai tersebut bukan hanya untuk membangun Instalasi Gabion saja, tetapi juga termasuk biaya satu anggaran di dinas kehutanan untuk menghias kota untuk hari-hari khusus, seperti HUT RI dan sebagainya,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement