REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kabupaten Purwakarta, melansir, selama tiga bulan terakhir ada 46 kasus kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran ini, disebabkan musim kemarau yang panjang.
Kepala DPKPB Kabupaten Purwakarta, Wahyu Wibisono atau akrab disapa Wibie, mengatakan, 46 kasus kebakaran lahan dan hutan ini terjadi sejak Juni hingga Agustus. Adapun hutan yang dimaksud, yakni hutan bambu. Bukan hutan spesifik, tanaman keras dan besar.
"Jadi, mayoritas yang terbakar itu hutan bambu dan lahan yang dipenuhi ilalang," ujarnya, Ahad(25/8).
Dari 46 kasus ini, yang paling banyak terjadi sepanjang Juli lalu. Jumlahnya, mencapai 32 kasus. Salah satu penyebabnya, yakni suhu yang sangat panas. Sehingga, ilalang ataupun hutan bambu itu jadi mudah terbakar.
Adapun kasus kebakaran dari Januari hingga Agustus, mencapai 110 kejadian. Selain hutan dan lahan, kebakaran ini juga melalap rumah warga. Tetapi, dibanding tahun lalu, kasus kebakaran di 2019 ini dinilai masih sedikit. Sebab, selama 2018 lalu mencapai 300 kejadian.
"Dari 17 kecamatan yang ada di Purwakarta, ada empat wilayah yang kasus kebakaran lahannya cukup tinggi. Yakni, di Pondoksalam, Wanayasa, Kiarapedes dan Sukasari," ujar Wibie.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan, sebanyak 584 titik panas mengepung wilayah Sumatra pada Sabtu (24/8) pagi. Titik panas tersebut menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terdeteksi di wilayah Pulau Sumatra.
Berdasarkan data pantauan satelit pada pukul 06.00 WIB yang dirilis BMKG Stasiun Pekanbaru, lumbung titik panas berlokasi di Provinsi Riau, yakni sebanyak 272 titik. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dari hari sebelumnya. "Di Riau, jumlahnya naik dari kemarin sore (Jumat) 112 titik, pagi ini (kemarin—Red) menjadi 272," kata staf analisis BMKG Stasiun Pekanbaru, Nia Fadhila, Sabtu (25/8).
Selain Riau, provinsi lainnya di Sumatra yang terdapat banyak titik panas di antaranya Jambi dengan 128 titik, Sumatra Selatan 99 titik, Bangka Belitung 41 titik, Lampung 18 titik, Sumatra Barat dan Kepulauan Riau masing-masing 11 titik, dan Bengkulu 4 titik.
"Asap dari provinsi tetangga ada peluang mencapai Riau, tapi karena jaraknya jauh tidak begitu terasa. Sedangkan, di Riau sendiri banyak terdeteksi titik panas," katanya.
Nia menjelaskan, dari 272 titik panas di Riau, lokasi paling banyak di Kabupaten Pelalawan dengan 102 titik. Daerah lainnya antara lain Indragiri Hilir ada 90 titik panas, Bengkalis 35 titik, Indragiri Hulu 17 titik, Kepulauan Meranti dan Siak masing-masing 9 titik, Rokan Hilir 7 titik, Kuantan Singingi 2 titik, dan Kampar 1 titik panas.
Dari jumlah tersebut, ada 192 yang teridentifikasi sebagai titik api. Lokasi paling banyak juga terdapat di Pelalawan dengan 76 titik, kemudian Indragiri Hulu 60 titik, dan Bengkalis 29 titik. Nia mengatakan, arah angin berembus dari tenggara ke barat daya sehingga asap karhutla kini mencapai Pekanbaru.