REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Sapto Aji Prabowo mengatakan populasi Orangutan Sumatra dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) tersisa sebanyak 13 ribu lebih. Populasi ini terbagi dalam delapan meta populasi.
"Sebanyak 80 persen Orangutan Sumatera ini berada di wilayah Aceh," kata Sapto saat membuka acara Peringatan Hari Orangutan se-Dunia di Taman Bustanussalatin, Kota Banda Aceh, Sabtu (24/8).
Ia menjelaskan, Aceh patut berbangga bahwa populasi Orangutan Sumatra banyak tersebar di wilayah Aceh. Namun juga menjadi tantangan bagi Aceh untuk terus menjaga agar Orangutan tetap eksis, terutama karena degradasi habitat.
"Aceh mempunyai target membuat Kawasan Ekosistem Esensial untuk menghubungkan delapan meta populasi spesies yang saat ini terdegradasi," kata Sapto.
Menurut data laporan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) pada 2017 menunjukkan populasi Orangutan Kalimantan tersisa 45.590 individu, Orangutan Sumatera tersisa 13.710 individu, dan Orangutan Tapanuli yang hanya tersisa 760 individu.
Peringatan hari Orangutan se-dunia dilakukan pemuda Aceh dengan cara menggelar perlombaan menggambar poster seruan selamatkan Orangutan. Serta atraksi seniman Indrus bin Harun yang melukis secara langsung drama kehidupan Orangutan bernama Hope, yang merupakan seekor Orangutan Sumatera terkena tembakan 74 butir peluru senapan angin beberapa waktu lalu di Aceh.
Dalam acara yang sama, Manager WWF Indonesia Northern Sumatera Landscape Dede Suhendra menyebutkan kepedulian terhadap nasib Orangutan masih sangat rendah. Hal itu terlihat dari banyaknya kasus perburuan, penembakan, dan perusakan habitat Orangutan.
“Kita harus menyadari, Orangutan adalah satwa penting yang memastikan keberlangsungan hutan. Jika Orangutan hilang, hutan akan hilang karena salah satu penyebar benih pohon sudah tak ada,” kata Dede.