Sabtu 24 Aug 2019 11:33 WIB

Satgas Kerahkan Empat Helikopter Padamkan Kebakaran di Riau

Penanganan kebakaran terus dioptimalkan

Petugas dari Satgas Karhutla Provinsi Riau berusaha memadamkan bara api yang membakar lahan gambut di Desa Karya Indah, Kabupaten Kampar, Riau, Jumat (26/07/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Petugas dari Satgas Karhutla Provinsi Riau berusaha memadamkan bara api yang membakar lahan gambut di Desa Karya Indah, Kabupaten Kampar, Riau, Jumat (26/07/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau mengerahkan empat helikopter untuk membantu pemadaman kebakaran yang makin meluas di daerah bagian selatan Provinsi Riau. Wakil Komandan Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Riau, Edwar Sanger mengatakan penanganan kebakaran terus dioptimalkan di tengah banyaknya kendala di lapangan.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) luas kebakaran hutan dan lahan di Riau sejak Januari tahun ini sudah lebih dari 30.000 hektare.

Edwar menjelaskan, bantuan pemadaman dari udara menggunakan helikopter kini fokus ke Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu (Inhu) dan Indragiri Hilir (Inhil). Tiga daerah tersebut banyak terdapat kebakaran yang hingga kini belum bisa dikendalikan, dan mengakibatkan asap atau jerebu yang terbawa angin ke Kota Pekanbaru.

“Penangan terus kami optimalkan, khususnya di daerah selatan yang asapnya mengarah ke Pekanbaru. Pagi ini empat helikopter sudah kami kerahkan untuk pemadaman di Inhu, Inhil dan Pelalawan,” kata Edwar, Sabtu (24/8).

Empat helikopter tersebut akan menyiramkan air dari udara (water bombing), namun efektivitasnya belum bisa dipastikan karena sumber air banyak mengering.

“Angin kencang dan sulit, dan jauhnya jarak sumber air di daerah Karhutla menjadi kendala kami di lapangan,” ujarnya.

Jarak pandang di Kota Pekanbaru pada Sabtu (24/8) pagi memburuk akibat asap Karhutla yang pekat menyelimuti Ibu Kota Provinsi Riau tersebut.

"Pada pukul 08.00 WIB, jarak pandang di Pekanbaru 1.500 meter atau 1,5 kilometer, dari kondisi pagi hari sekitar 2 kilometer. Jadi jarak pandang memburuk," kata Staf Analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Nia Fadhiladi Pekanbaru.

Ia mengatakan asap yang menyelimuti Pekanbaru adalah kiriman karena tidak terpantau titik panas di daerah tersebut. Asap atau jerebu karhutla berasal dari Kabupaten Pelalawan yang pada pagi ini terdeteksi ada 102 titik panas (hotspot).

Hal tersebut diperkuat karena posisi Pelalawan ada di Selatan Pekanbaru, dan angin berhembus dari arah Tenggara ke Barat Daya. "Asap dari daerah Tenggara seperti Pelalawan yang banyak titik panas," katanya.

Berdasarkan data pantauan satelit pada pukul 06.00 WIB, yang dirilis BMKG Stasiun Pekanbaru menunjukkan bahwa ada 584 titik panas yang jadi indikasi awal Karhutla tersebar di Sumatera. Data menunjukkan "lumbung" titik panas berlokasi di Provinsi Riau, yakni sebanyak 272 titik.

Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan juga terdeteksi banyak titik panas, masing-masing ada 128 dan 99 titik. "Asap dari provinsi tetangga ada peluang mencapai Riau tapi karena jaraknya jauh tidak begitu terasa, sedangkan di Riau sendiri banyak terdeteksi titik panas," katanya.

Nia menjelaskan dari 272 titik panas di Riau, lokasi paling banyak di Kabupaten Pelalawan dengan 102 titik. Daerah lainnya antara lain Indragiri Hilir ada 90 titik panas, Bengkalis 35 titik, Indragiri Hulu 17 titik, Kepulauan Meranti dan Siak masing-masing 9 titik, Rokan Hilir 7 titik, Kuansing 2 titik dan Kampar satu titik panas.

Dari jumlah tersebut, ada 192 yang teridentifikasi sebagai titik api. Lokasi paling banyak juga di Pelalawan ada 76 titik, kemudian Indragiri Hulu 60 titik, dan Bengkalis 29 titik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement