Jumat 23 Aug 2019 21:47 WIB

Pencari Suaka tak Tahu Bagaimana Nasibnya Setelah 31 Agustus

Pemprov DKI menghentikan bantuan sosial bagi para pencari suaka di Jakarta.

Pencari suaka beraktivitas di tempat penampungan sementara di Kalideres, Jakarta, Jumat (23/8/2019).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Pencari suaka beraktivitas di tempat penampungan sementara di Kalideres, Jakarta, Jumat (23/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyusul rencana Pemprov DKI Jakarta menghentikan bantuan sosial bagi para pengungsi dan pencari suaka yang saat ini ditempatkan di Gedung eks Kodim Kalideres, Jakarta Barat pada 31 Agustus 2019 mendatang, mereka tak tahu nasibnya setelahnya. Salah seorang pengungsi asal Afganistan, Ali Khan, mengaku memang dari Kamis (22/8) sudah tidak ada lagi suplai makanan, air dan listrik bagi mereka dari Dinas Sosial DKI Jakarta.

"Anda bisa melihat disini sudah tidak air, makanan dan tidak listrik sampai batas waktu akhir bulan nanti," ucap Ali di lokasi penampungan di Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (23/8).

Kendati dirinya dan para pengungsi serta para pencari suaka di sana yang berjumlah 1.151 orang, sebagian besar tahu bahwa bantuan akan dihentikan dan disebut harus keluar dari sana pada 31 Agustus 2019. "Untuk sementara kami bertahan di sini sampai 31 Agustus 2019. Kami memang akan pindah (keluar), tapi kami belum tahu ke mana lagi," ujarnya.

Umumnya, kata Ali, yang sudah sekitar lima tahun berada di Indonesia itu, ketika belum pasti ke mana dan tidak ada kepastian nasib, umumnya mereka akan kembali mendirikan tenda di kantor perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. "Iya ada yang ke sana lagi, yang lainnya belum tahu ke mana," ucap Ali.

Ketika ditanyakan apakah dirinya bersedia dikembalikan ke negaranya jika nanti ditetapkan untuk dideportasi dari Indonesia, Ali bersedia dengan catatan negara asalnya bisa menjamin keamanan jiwanya. Ali mengaku sudah tidak memiliki saudara di Afganistan.

"Sejauh ini belum ada rencana kembali karena ada masalah di sana (perang), saya tidak punya siapa-siapa lagi di sana, ibu saya, ayah saya, saudara saya meninggal karena perang, saya juga tidak bisa bekerja di sana. Tapi jika Afganistan bisa menjamin jiwa dan kepastian kehidupan saya, saya bersedia pulang," ucapnya.

Dari pantauan di lokasi, ketika masuk ke kawasan Gedung eks Kodim Kalideres, Jakarta Barat, terlihat gerbang yang digantung pengumuman "Dilarang keluar masuk area penampungan lebih dari 10 jam malam bagi WNA" setengah dibuka. Saat masuk tercium bau tak sedap yang dari informasi yang dikumpulkan, karena ada beberapa unit toilet yang rusak.

Petugas keamanan yang terdiri dari anggota Kepolisian dari Polsek Kalideres dan Satpol PP Kecamatan Kalideres berjaga di seberang lokasi penampungan. Para pengungsi dan pencari suaka melakukan berbagai kegiatan untuk menghibur diri seperti bermain bola voli, atau berjalan-jalan di sekitar lokasi penampungan.

Tidak terlihat adanya kegiatan di tenda Dinas Sosial DKI Jakarta di halaman lokasi penampungan. Dari keterangan para pengungsi dan masyarakat sekitar, kegiatan sosial di sana sejak Kamis (22/8) lalu sudah tidak ada.

Sebelumnya dikabarkan terjadi bentrokan antara pengungsi/pencari suaka asal Afganistan dengan sesama pengungsi/pencari suaka asal Sudan-Somalia pada Kamis (22/8) petang yang dipicu persoalan pembagian makanan. Akibat bentrokan tersebut, satu orang polisi dikabarkan terluka memar di bagian lengan karena terpukul besi rangka tenda dan beberapa unit toilet portable rusak. Untuk mengantisipasi terjadinya bentrokan, para pengungsi asal Sudan dan Somalia memilih mengalah dan pindah di luar pagar Gedung eks Kodim Kalideres.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement