Jumat 23 Aug 2019 18:53 WIB

Respons Papua, Quraish Shihab Ingatkan Pentingnya Minta Maaf

Permohonan minta maaf tak perlu terlebih dahulu disampaikan pihak yang bersalah.

Rep: Nawir Arsyad Akbar, Dessy Suciati Saputri/ Red: Andri Saubani
Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD (tengah) bersama para tokoh bangsa Alwi Shihab (kanan), Simon Morin (kiri), Sinta Nuriyah Wahid (kedua kiri), Quraish Shihab (kedua kanan) berfoto bersama usai menyampaikan pernyataan terkait kerusuhan di Papua di Jakarta, Jumat (23/8/2019).
Foto: Antara/Reno Esnir
Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD (tengah) bersama para tokoh bangsa Alwi Shihab (kanan), Simon Morin (kiri), Sinta Nuriyah Wahid (kedua kiri), Quraish Shihab (kedua kanan) berfoto bersama usai menyampaikan pernyataan terkait kerusuhan di Papua di Jakarta, Jumat (23/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan muslim, Quraish Shihab mengingatkan semua pihak tentang pentingnya nilai minta maaf dalam kehidupan. Menurutnya, maaf merupakan salah satu sarana perdamaian di dunia dapat terwujud.

"Dalam konteks Papua, selain dalam tindakan, kegiatan, dan kebijakan kita, pasti ada yang salah atau disalahpahami. Dari sini saya lihat titik tolaknya itu kita harus saling terbuka dan saling memaafkan," ujarnya di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (23/8).

Baca Juga

Ia menjelaskan, permohonan minta maaf tak perlu terlebih dahulu disampaikan oleh pihak yang bersalah. Karena, minta maaf dinilainya merupakan sebuah kewajiban bagi manusia.

"Maka dari itu, bukan suatu kesalahan jika merasa benar namun menyampaikan permohonan maaf terlebih dahulu. Kalau kita lihat peristiwa yang terjadi kemarin ini (soal Papua), itu bisa dibagi dua. Ada yang salah paham dan tersinggung, ada pemicu kesalahpahaman dan ketersinggungan," ujar Quraish Shihab.

Sementara itu, Istri Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah menegaskan bahwa perlakuan buruk yang diterima masyarakat Papua mencoreng martabat Indonesia. Melihat kondisi Papua saat ini, ia teringat dengan salah satu pesan sang suami.

"Pesan Gus Dur yang menyatakan masyarakat Papua adalah bagian dari bangsa Indonesia dan harus diperlakukan setara dengan bangsa Indonesia lainnya. Tak ada alasan untuk merendahkan mereka, apalagi mempersekusi dan melecehkan," ujar Sinta.

Dengan adanya persitiwa tersebut, ia berharap hal itu dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk tak lagi melakukan persekusi dan rasisme kepada sesama manusia. Ia juga mendesak pemerintah untuk lebih memperhatikan Papua dalam memperoleh hak-haknya.

"Papua jangan hanya dipandang hanya dengan melihat kekayaannya saja, tetapi pandangan manuasianya perlakuan yang sama dengan manusia-manusia lain yang ada di Indonesia," ujar Sinta.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (22/8) menyampaikan, situasi di Tanah Papua pascakericuhan yang terjadi, telah kembali normal. Ia juga mengaku terus mengikuti perkembangan yang ada di Papua.

"Saya terus mengikuti perkembangan yang ada di Tanah Papua, dan alhamdulillah situasi sudah berjalan normal kembali," ujar Jokowi saat menggelar konferensi pers di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/8) petang.

Menurut dia, Kapolri, Panglima TNI, dan Menko Polhukam pun telah tiba di Papua memantau kondisi terkini. Pascaricuh yang terjadi, sejumlah pihak terkait juga telah menyampaikan permintaan maafnya.

Hal ini, kata Jokowi, menunjukkan sikap kebesaran hati untuk saling menghormati dan menghargai sesama masyarakat Indonesia. "Permintaan maaf sudah dilakukan, dan ini menunjukkan kebesaran hati kita bersama untuk saling menghormati, untuk saling menghargai sebagai saudara sebangsa dan setanah air," tambahnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement