Jumat 23 Aug 2019 18:18 WIB

BMKG: Sesar Gempa di Kalimantan Timur Masih Aktif

BMKG menyatakan ada tiga struktur sesar sumber gempa di Kalimantan Timur.

Dr. Daryono (Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG)
Foto: Dok. Pri
Dr. Daryono (Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memonitor secara geologi dan tektonik bahwa sesar gempa di Kalimantan Timur masih sangat aktif. Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur menunjukkan masih sangat aktif.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Jumat (23/8), mengatakan secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kalimatan Timur (Kaltim) terdapat tiga struktur sesar sumber gempa. Ketiganya, yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster.

Baca Juga

Dalam peta seismisitas pada dua zona sesar ini aktivitas kegempaannya cukup tinggi dan membentuk klaster sebaran pusat gempa yang berarah barat-timur. Tercatat sejumlah gempa signifikan dan merusak yang pernah terjadi di wilayah Provinsi Kaltim berkaitan dengan Sesar Maratua dan Sesar Sangkulirang antara lain gempa dan tsunami Sangkulirang pada 14 Mei 1921.

Dampak gempa Sangkulirang dilaporkan menimbulkan kerusakan memiliki skala intensitas VII-VIII MMI, yang artinya banyak bangunan mengalami kerusakan sedang hingga berat. Gempa kuat juga diikuti tsunami yang mengakibatkan kerusakan di sepanjang pantai dan muara sungai di Sangkulirang, Kaltim.

Selanjutnya gempa Tanjung Mangkalihat berkekuatan magnitudo 5,7 pada 16 November 1964. Gempa Kutai Timur bermagnitudo 5,1 pada 4 Juni 1982.

Gempa Muarabulan, Kutai Timur, berkekuatan 5,1 pada 31 Juli 1983, gempa Mangkalihat berkekuatan magnitudo 5,4 pada 16 Juni 2000 lalu gempa Tanjungredep berkekuatan 5,4 pada 31 Januari 2006 dan gempa Muaralasan, Berau, berkekuatan 5,3 pada 24 Februari 2007

Berdasarkan hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) pada 2017, Sesar Mangkalihat memiliki potensi magnitudo mencapai magnitudo 7,0. Sebagai gambaran skenario tingkat guncangan (shake map) akibat gempa yang bersumber dari Sesar Mangkalihat dapat berdampak hingga skala intensitas VI-VII MMI.

Artinya gempa yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan tingkat sedang hingga berat di Semenajung Mangkalihat dan sekitarnya.

Sementara itu, Sesar Paternoster yang jalurnya berarah barat-timur melintasi wilayah Kabupaten Paser termasuk kategori sesar berusia tersier. Akan tetapi, hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa di jalur sesar ini masih sering terjadi gempa.

Daryono mengatakan, catatan gempa di Kabupaten Paser cukup banyak. Salah satu gempa yang paling kuat adalah Gempa Paser berkekuatan magnitudo 6,1 pada 26 Oktober 1957. Sementara peristiwa gempa tektonik yang terbaru adalah Gempa Longkali, Paser, pada 19 Mei 2019 berkekuatan 4,1 yang guncangannya sempat menimbulkan kepanikan masyarakat.

Melihat catatan sejarah tsunami masa lalu, pantai timur Provinsi Kaltim sebenarnya bukan kawasan aman tsunami. Peristiwa tsunami destruktif di Sangkulirang pada 14 Mei 1921 cukup sebagai bukti kerawanan tsunami di wilayah ini, ujarnya.

"Keberadaan Pantai Timur Kaltim yang berhadapan dengan North Sulawesi Megathrust juga patut diwaspadai," kata Daryono.

Hasil pemodelan skenario tsunami akibat gempabumi berkekuatan magnitudo 8,5 yang berpusat di zona megathrust Sulawesi Utara menggunakan TOAST (Tsunami Observation and Simulation Terminal) di BMKG menunjukkan bahwa di Pantai Kalimantan Timur berpotensi terjadi tsunami dengan status ancaman “awas”. Hasil pemodelan itu menunjukkan tinggi tsunami di atas tiga meter.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement