REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Sempat menembus Rp 90 ribu per kilogram, saat ini harga cabai rawit di Kabupaten Purwakarta mengalami penurunan. Akan tetapi, penurunan ini tak terlalu signifikan. Sebab, turunnya hanya Rp 2.000 per kilogram.
Kepala Dinas Koperasi UKM Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Purwakarta, Karliati Djuanda, mengatakan, pada Selasa (20/8) kemarin, harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional menembus harga Rp 90 ribu per kilogramnya. Akan tetapi, keesokan harinya, harga komoditas tersebut nengalami penurunan Rp 2.000 per kilogramnya.
"Jadi, sudah tiga hari terakhir harga cabai rawit, stabil di level Rp 88 ribu per kilogramnya," ujar Karliati, kepada Republika.co.id, Jumat (23/8).
Harga tersebut, tercatat di dua pasar tradisional yang ada yakni, Pasar Senen (Leuwi Panjang) dan Pasar Jumaah. Meskipun ada penurunan harga, lanjutnya, tetapi harga komoditas cabai dinilai masih cukup mahal.
Pasalnya, harga normal cabai rawit itu di kisaran Rp 30-35 ribu per kilogramnya. Namun, selama musim kemarau ini harga cabai rawit, sulit untuk turun ke harga normal tersebut.
"Karena, pasokan dari tingkat petaninya juga menurun selama musim kemarau ini," ujar Karliati.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengaku, belum ada wilayahnya yang menjadi sentra sayuran cabai rawit. Karena, petani belum fokus menanam komoditas tersebut.
"Kalaupun ada, yaitu cabai hijau dan cabai merah. Kalau cabai rawit, belum ada sentranya," ujar Agus.
Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan cabai rawit, masih mengandalkan daerah lain. Salah satunya, pengiriman dari daeraj Jawa. Meski demikian, saat ini sudah banyak warga di Purwakarta yang menekuni profesi sebagai petani sayuran dan hortikultira. Seperti, menanam cabe merah, tomat, buncis, sawi, timun, dan kacang panjang.