REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit (RS) Yarsi siap menjadi salah satu RS Syariah di Jakarta. Meski belum melakukan sertifikasi, namun RS yang terletak di Jakarta Pusat itu sudah menjalankan berbagai standar syariah.
Direktur Utama RS Yarsi dr Mulyadi Muchtiar mengatakan, syarat untuk mengajukan sertifikasi syariah di antaranya, RS harus terlebih dahulu memiliki akreditasi nasional. “Yarsi merupakan RS baru, kita running mulai Januari 2019 lalu, maka sekarang kami sedang mempersiapkan akreditasi dulu, kami targetkan akreditasi selesai tahun ini atau sekitar Oktober dan November," ujarnya saat ditemui Republika.co.id di kantornya pekan ini.
Ia melanjutkan, sebulan setelah mendapat akreditasi, barulah RS Yarsi akan mengajukan sertifikasi syariah. "Karena sertifikasi syariah merupakan lanjutan dari akreditasi,” kata Mulyadi.
Baginya, untuk menjalankan RS sesuai prinsip syariah, tak harus menunggu sertifikasi dahulu. Maka, Yarsi telah menerapkan layanan kesehatan yang bertujuan memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara keturunan, memelihara akal, dan memelihara harta.
“Kita sudah mulai menerapkan kebutuhan pasien. Misalnya saat azan, staf datang untuk mengingatkan shalat. Kemudian kita putarkan Murotal Quran supaya jiwa pasien lebih tenang, kita buat pasien menyadari kalau sakit bukanlah kutukan, melainkan cobaan kehidupan. Pendidikan keislaman dan kerohanian pasien turut dilakukan,” ujar Mulyadi.
Ia menyebutkan, sesuai ketentuan RS Syariah, RS Yarsi berupaya memenuhi standar pelayanan minimal syariah. Di antaranya membaca Basmalah sebelum melakukan tindakan kepada pasien termasuk saat menyuntik dan memberikan obat.
Berikutnya, pemasangan alat seperti electrocardiogram (ECG) di wilayah dada, harus dilakukan oleh sesama jenis kelamin. “Jadi jangan pasiennya perempuan tapi yang pasang ECG-nya petugas laki-laki,” kata dia.
Lalu, jadwal operasi diusahakan tidak berbarengan dengan waktu shalat. Kecuali dalam keadaan sangat mendesak.
Sejak awal didirkan, kata dia, RS Yarsi memang memilih menjadi RS Syariah sebab jumlah Muslim di Indonesia sangat besar sehingga memerlukan hadirnya sistem pelayanan sesuai kaidah Islam. Meski demikian, RS Yarsi terbuka untuk pasien non-Muslim.
“Ini menjadi tantangan tersendiri, sebab kesannya kami eksklusif hanya untuk Muslim, padahal kami terbuka bagi siapa saja. RS Yarsi bukan hanya untuk Muslim tapi menggunakan standar Islam yang akan lebih baik untuk semua karena Islam Rahmatan lil Alamin tak ada yang bertentangan dengan agama lain,” kata dia