REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Potensi kekeringan ekstrim masih melanda sebagian daerah di Jabar. Masyarakat pun diimbau waspada karena puncak musim kemarau masih berlangsung hingga akhir September 2019.
Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menyebutkan, hingga 20 Agustus 2019, hampir seluruh kecamatan di Indramayu, Majalengka, Subang, Cirebon, Purwakarta, Karawang dan Sumedang tidak hujan berturut-turut lebih dari 60 hari. "Daerah-daerah itu berpotensi kekeringan ekstrim dengan status awas," kata pria yang disapa Faiz, Kamis (22/8).
Selain daerah-daerah tersebut, potensi kekeringan ekstrim juga terjadi di Sukabumi (Surade, Sumber Jaya, Jampangkulon, Ciracap, Pelabuhan Ratu, Ciemas, Jampang Tengah, Cikakak, Cisolok), Cianjur (Cidaun, Tanggeung, Cibinong, Sindang Barang, Sukanegara, Takokak). Ditambah lagi, Bogor (Cileungsi, Cariu, Jonggol, Tjg Sari), Bandung (Cicalengka, Ciparay), Garut (Tarogong Kaler, Ibun, Banyuresmi, Balubur, Limbangan) serta Ciamis (Cimerak, Ciamis).
Sementara itu, lanjut Faiz, untuk daerah yang mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) Terpanjang masih dialami tiga wilayah di Kabupaten Indramayu. Yakni, Gantar, Cipancuh dan Temiyang. "HTH di tiga wilayah itu mencapai 125 hari," kata Faiz.
Faiz mengatakan, menghadapi kondisi tersebut, masyarakat harus waspada terhadap potensi bahaya kekeringan akibat semakin berkurangnya ketersediaan air di sumber-sumber air serta krisis air. Masyarakat juga harus waspada denan meningkatnya potensi gagal panen dan kenaikan harga komoditas pertanian.
Faiz menambahkan, khusus untuk Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), puncak musim kemarau diprakirakan akan berlangsung hingga akhir Sepetember 2019. Karena itu, suhu udara akan terus meningkat. "Diprakirakan bisa mencapai suhu udara maksimum 37 - 38 derajat celcius pada akhir September nanti," tandas Faiz.