Jumat 23 Aug 2019 04:11 WIB

Dalam Dua Pekan, Kabupaten Bogor Diguncang 76 Aktivitas Swarm

Aktivitas gempa kecil atau swarm terjadi di Bogor sejak Sabtu lalu

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

BOGOR, AYOBANDUNG.COM -- Aktivitas gempa kecil atau swarm tengah terjadi di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, sejak Sabtu (10/8/2019) lalu hingga hari ini. Hingga Rabu (21/8/2019) malam, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mencatat sebanyak 76 kali aktivitas gempa kecil dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman. 

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan dari sekian banyak gempa yang terjadi, ada 5 gempa yang guncangannya dirasakan oleh warga, yaitu:

  1. Gempa pada 19 Agustus 2019, pukul 08.13 WIB, berkekuatan M 3,0
  2. Gempa pada 19 Agustus 2019, pukul 22.52 WIB, berkekuatan M 2,5
  3. Gempa pada 21 Agustus 2019 pukul 03.06 WIB, berkekuatan M 3,9
  4. Gempa pada 21 Agustus 2019 pukul 11.24 WIB, berkekuatan M 3,4
  5. Gempa pada 21 Agustus 2019 pukul 20.49 WIB, berkekuatan M 3,3  

"Seringnya terjadi gempa dirasakan ini tentunya kian menambah resah masyarakat. Banyak pertanyaan warga yang dilontarkan kepada BMKG terkait meningkatnya aktivitas gempa di wilayah Kabupaten Bogor ini," ujar Daryono, dalam pernyataan resminya yang diterima ayobandung.com, Kamis (22/8/2019).

Menurut dia, untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu memahami beberapa tipe gempa terlebih dahulu. Kiyoo Mogi (1963) ahli gempa Jepang telah mengklasifikasikan gempa ke dalam 3 tipe, yaitu: 

A. Gempa Tipe 1 dicirikan dengan terjadinya gempa utama (mainshock) yang diikuti oleh gempa susulan (aftershocks),

B. Gempa Tipe 2 dicirikan dengan munculnya gempa pendahuluan (foreshocks), kemudian terjadi gempa utama dan diikuti oleh aktivitas gempa susulan,

C. Gempa Tipe 3 dicirikan dengan munculnya aktivitas gempa yang berlangsung secara terus menerus dengan magnitudo yang relatif kecil tanpa ada gempa utama. 

AYO BACA : Mengenal Gempa Swarm, Rentetan Gempa Kecil yang Menggoyang Sukabumi

Jika kita mengamati rentetan gempa yang sedang berlangsung di Bogor saat ini, tampak bahwa fenomena gempa yang berpusat di Kecamatan Nanggung ini merupakan gempa tipe 3, yaitu aktivitas gempa swarm.

Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa yang terjadi di kawasan sangat lokal, dengan magnitudo relatif kecil, memiliki karakteristik frekuensi kejadian sangat tinggi, dan berlangsung dalam periode waktu tertentu. 

"Aktivitas gempa di wilayah Kecamatan Nanggung, Kabu[aten Bogor, saat ini layak disebut swarm karena gempa yang terjadi sangat banyak tetapi tidak ada gempa yang magnitudonya menonjol sebagai gempa utama (mainshocks)," papar dia.

Selain itu, memang rata-rata magnitudo gempanya relatif kecil, yaitu kurang dari M 4,0. Jika mengamati klaster sebaran pusat gempa yang berlangsung saat ini, tampak aktivitasnya sangat lokal terkosentrasi di sebelah baratdaya Kaki Gunung Salak. 

"Di wilayah ini banyak warga beberapa kali merasakan guncangan lemah gempa," katanya.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa yang terjadi dibangkitkan oleh penyesaran dengan mekanisme yang merupakan kombinasi pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault) dengan kecenderungan strike berarah utara-selatan. 

Dari hasil analisis ini ada dugaan bahwa swarm yang terjadi berkaitan dengan mekanisme penyesaran lokal. Analisis ini didukung dengan data bentuk gelombang yang menunjukkan fasa gelombang S (shear) yang tampak kuat dan jelas. 

AYO BACA : Gempa Sukabumi Tak Pengaruhi Sesar Lembang

Namun demikian hingga saat ini belum diperoleh referensi mengenai keberadaan struktur sesar aktif yang diduga menjadi pembangkit gempa swarm ini. Hasil kajian yang dilakukan Pepen Supendi dkk pada 2018 sudah menyebutkan adanya klaster aktivitas gempa di  barat daya Gunung Salak ini. 

Di klaster ini terjadi 9 kali gempa selama periode 2011-2015 yang memiliki magnitudo M 2,0 hingga M 4,6. Dalam peta seismisitas Jawa Barat dan Banten periode 1990-2000 juga tampak adanya klaster aktivitas gempa yang cukup mencolok di barat daya Gunung Salak. 

"Ini artinya aktivitas gempa Klaster Bogor ini sebenarnya sudah sering terjadi sejak lama," jelas Daryono.

Berdasarkan data hasil monitoring BMKG terkini, tampak ada kecenderungan frekuensi kejadian gempa swarm semakin meningkat. Aktivitas gempa ini merupakan cerminan berlangsungnya proses pelepasan tegangan pada batuan kulit Bumi yang berlangsung karena karakteristik batuan yang rapuh (brittle). 

"Jika medan tegangan yang tersimpan dalam sudah habis, maka aktivitas gempa swarm ini dengan sendirinya akan berakhir," tutur dia.

Bagi kalangan ahli, gempa swarm merupakan fenomena alam biasa. Namun karena fenomena semacam ini jarang terjadi dan masyarakat sebagian besar belum banyak memahaminya, maka wajar jika banyak warga yang merasa resah. 

Pada beberapa kasus gempa swarm biasa juga terjadi di zona gunung api. Swarm dapat terjadi di bagian yang mengalami akumulasi medan tegangan berkaitan dengan aktivitas pergerakan magma. 

Selain berkaitan dengan aktivitas vulkanisme, beberapa laporan menunjukkan bahwa gempa swarm juga dapat terjadi di kawasan non vulkanik. Fenomena swarm memang dapat terjadi pada kawasan dengan karakteristik batuan rapuh dan mudah mengalami retakan-retakan (fractures). 

"Untuk menjawab apakah fenomena swarm pada klaster Bogor ini dibangkitkan oleh aktivitas sesar (tektonik) atau vulkanisme, tampaknya perlu ada kajian yang lebih mendalam untuk menjawabnya," ungkapnya.

Terlepas dari faktor penyebab pembangkit gempa swarm, yang pasti rentetan aktivitas gempa yang terjadi saat ini dan sebelumnya sudah cukup menjadi petunjuk bahwa adanya sumber gempa pada Klaster sebelah barat daya Gunung Salak.

AYO BACA : Gempa Kembali Guncang Sukabumi, Kali Ini Dipicu Aktivitas Klaster Bogor

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement