REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah kecamatan di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia, wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, saat ini kesulitan air bersih akibat kemarau. Kecamatan di daerah perbatasan yang kesulitan air bersih saat ini adalah Kecamatan Embaloh Hulu, Badau, Empanang, dan Puring Kencana, serta sejumlah daerah di Batang Lupar.
Kesulitan air bersih dialami warga tidak hanya karena sumber air yang mengering tetapi juga karena sistem penyediaan air minum yang tidak lagi berfungsi selama bertahun-tahun. "Masyarakat berusaha mencari air bersih di kolam dan di parit-parit yang masih ada airnya," kata Camat Badau, Adenan, dari Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Selasa (20/8).
Warga terpaksa memanfaatkan air kolam dan air parit karena memang sejumlah sungai sudah mengering. Adenan mengungkapkan, kekeringan ini terjadi akibat pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) tidak bisa berfungsi.
Hal tersebut sudah terjadi sejak tahun 2018 lalu. Padahal, sumber air bersih ada di Bukit Kekurak, Kecamatan Badau. "Untuk air minum ada pedagangnya, air minum isi ulang, dan tidak tahu dari mana dapat air bersih tersebut," kata Adenan.
Sulitnya mendapatkan air bersih juga terjadi di Kecamatan Empanang. Camat Empanang, Donatus Dudang, mengatakan, masyarakat di daerah tersebut juga sangat kesulitan air bersih dan harus menempuh jarak yang cukup jauh dari perkampungan untuk mengambil air. "Sebenarnya jaringan air bersih (leding) sudah beberapa kali dibangun di Empanang, namun sama sekali tidak bisa difungsikan," ungkap Donatus, belum lama ini.
Menurut Donatus, pada 2016 hingga 2017 jaringan air bersih sempat berfungsi sebentar. Namun, pada tahun 2018 hingga saat ini jaringan air bersih yang dianggarkan miliaran rupiah itu macet total. Dia berharap kondisi air bersih itu dapat segera diatasi pemerintah dengan melihat kembali pembangunan jaringan air bersih yang memakan dana cukup besar.
Camat Embaloh Hulu, Hermanus Jamayung, juga menyampaikan keluhannya terkait air bersih yang selama ini menjadi salah satu persoalan masyarakat. Bahkan, menurut Jamayung, di Martinus dan Banua Ujung yang merupakan pusat Kecamatan Embaloh Hulu, jaringan air bersih yang ada sudah lama tidak berfungsi. "Masyarakat mandi dan mengambil air ke sungai dengan jarak sungai cukup jauh," ungkap Jamayung, Selasa.
Jamayung mengatakan, untuk wilayah Kecamatan Embaloh Hulu ada dua desa yang sama sekali belum ada jaringan air bersih, yaitu Desa Ulak Pauk dan Saujung Giling Manik. Sementara itu, untuk desa lainnya, yaitu Desa Langan baru dan Batu Lintang, Rantau Prapat, kondisi air bersih masih bisa mengalir meskipun terjadi pendangkalan sejumlah bendungan. "Kita berharap persoalan air bersih dapat segera diatasi," kata Jamayung.
Camat Puring Kencana, Sargito, mengatakan, masyarakat Puring Kencana mengalami krisis air. Sungai yang biasa dimanfaatkan warga untuk sumber air mengalami kekeringan. Adapun airnya tidak layak untuk konsumsi, bahkan untuk mandi ataupun mencuci.
"Mau tidak mau masyarakat menggunakan air yang sebenarnya sangat-sangat tidak layak untuk digunakan cuci atau mandi," kata Sargito. Rata-rata daerah yang terkena dampak perkembangan sawit mengalami krisis air karena sungai mengering. Bahkan, air sungai juga diduga tercemar.
"Harapan kami pihak pemerintah dan perusahaan dapat memberikan solusi kepada masyarakat terkait air bersih. Apabila musim hujan, masyarakat cukup terbantu. Tapi, tidak selamanya hujan turun," kata Sargito.
Sementara itu, Kecamatan Batang Lupar memang belum mengalami kesulitan air bersih. Namun, jaringan yang mengalirkan air bersih tidak bisa mencapai ke beberapa rumah warga. "Belum ada masyarakat yang mengeluhkan air bersih. Namun, memang jaringan air bersih sudah ada beberapa titik yang tidak bisa mengalir sampai ke rumah warga," ujar Camat Batang Lupar, Ilham.
Menurut Ilham, bagi rumah warga yang cukup tinggi, air tidak sampai ke rumah. Kondisi tersebut membuat warga harus meminta air dari tetangga yang dapat dari leding. n antara ed: nora azizah