Rabu 21 Aug 2019 08:25 WIB

Bus Murah tak Dilirik Penumpang

Bus ini masih belum mendapatkan respons positif dari warga.

Calon penumpang melintas di depan bus Trans Metro Bandung (TMB) di Terminal Leuwi Panjang, Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/4/2019).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Calon penumpang melintas di depan bus Trans Metro Bandung (TMB) di Terminal Leuwi Panjang, Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Zuli Istiqomah

Demi mengurangi jumlah kendaraan pribadi di Kota Bandung, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meluncurkan tarif khusus bagi guru honorer, buruh, veteran, dan juga difabel. Dengan membayar menggunakan uang elektronik, penumpang khusus tersebut bisa naik bus Trans Metro Bandung (TMB) hanya dengan Rp 1.

Tidak hanya membanderol Rp 1 untuk bus TMB, di luar penumpang khusus tersebut, Pemkot Bandung juga memberikan potongan Rp 1.000 untuk satu kali naik. Namun demikian, bus murah belum juga dilirik penumpang meski harga sudah dipangkas habis. Tak hanya sulit menjangkau penumpang, infrastruktur pendukung pembayaran juga dianggap belum lengkap.

Guru honorer di SMP swasta Kota Bandung, Siti Zamaroh, mengaku belum tertarik menggunakan uang elektronik untuk naik TMB lebih murah. Pasalnya, ia terbiasa menggunakan motor untuk berangkat mengajar. Walaupun tarif murah sudah disediakan, ia menilai menggunakan TMB cukup merepotkan dari tempat tinggalnya di Cijerah menuju sekolahnya di Kiaracondong.

“Biasa naik motor sih karena kalau naik TMB harus jalan dulu ke jalan besar dari rumah. Rutenya juga bingung harus naik turun ganti kendaraan,” kata Siti kepada Republika, belum lama ini.

Siti menilai program ini sebenarnya bagus untuk mengalihkan ke kendaraan massal. Sebenarnya banyak pula yang membutuhkan bisa naik TMB dengan murah. Ia pun ingin naik kendaraan umum tetapi tidak sekadar murah. Kendaraan umum harus bisa menjangkau permukiman warga dan warga tidak lama menunggunya.

Seorang pengguna setia bus TMB, Rizma Riyandi, juga mengaku belum menggunakan tarif murah dengan pembayaran nontunai. Pasalnya, belum semua bus dipasang mesin tap uang elektronik. Padahal, kalau membayar nontunai, ada potongan Rp 1.000 dari tarif normal untuk penumpang umum.

“Sebenarnya lumayan potongan Rp 1.000 kalau pakai e-money, tapi belum semua ada mesin tap-nya. Jadi, weh, tetap bayar cash,” ujar Rizma, belum lama ini. Ia mengaku beberapa kali naik TMB dengan jurusan berbeda-beda. Kebanyakan belum ada mesin tap-nya, seperti jurusan Leuwipanjang-Antapani dan Cicaheum-Cibeureum.

Sebagai pengguna, Rizma berharap penerapan tarif murah dengan kartu e-money bisa dipersiapkan dengan baik sehingga penerapannya bisa dilakukan menyeluruh secara bersamaan. Dengan begitu, ketertarikan orang menggunakan TMB bisa makin meningkat. “Selain tarif murah, banyakin juga busnya. Jadi, kalau nunggu enggak terlalu lama,” ujarnya.

Kepala UPT Pengelolaan Angkutan Dishub Kota Bandung, Yudhiana, mengaku pemanfaatan tarif khusus Rp 1 memang belum banyak diminati. Menurut Yudhiana, program tersebut baru diluncurkan sehingga butuh lebih banyak sosialisasi. “Program Rp 1 kan baru sepekan. Dishub masih harus sosialisasi,” kata Yudhiana, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, baru ada 20 buruh dan tujuh veteran yang mendaftar untuk mendapat tarif khusus. Pasalnya, untuk mendapatkan tarif khusus tersebut, penumpang harus mendaftar ke dishub disertai dengan persyaratan, seperti KTP Bandung dan surat keterangan pekerjaan. Dengan demikian, kartu bisa disesuaikan dengan tarif Rp 1.

Meski demikian, ia mengatakan, niat Pemkot Bandung memang memberikan subsidi agar masyarakat bisa beralih ke transportasi massal karena harganya yang lebih murah dibanding kendaraan lainnya. Ia mengakui proses tersebut membutuhkan waktu dan tahapan untuk bisa merealisasikannya. Namun, ia menegaskan, Dishub Kota Bandung terus berupaya memaksimalkan layanan transportasi agar masyarakat bisa lebih nyaman dan terbantu.

Tarif khusus ini, kata dia, berlaku pada jam-jam tertentu. Di luar jam yang ditentukan, berlaku tarif normal Rp 3.000 untuk nontunai. Sementara itu, untuk veteran, tarif tersebut diberlakukan selama 24 jam.

Program ini juga menjadi bagian program Pemkot Bandung mendukung gerakan nontunai yang terus digaungkan pemerintah pusat. Sistem nontunai diharapkan juga lebih memudahkan pengguna maupun operator TMB karena tidak perlu menyiapkan uang kembalian.

Berdasarkan pantauan Republika beberapa waktu lalu, bus TMB dengan jurusan Cicaheum-Cibeureum pada pukul 10.30 WIB terlihat sepi. Hanya ada tiga orang penumpang saat melewati Alun-Alun Kota Bandung. Pukul 10.00-12.00 WIB menjadi salah satu waktu diberlakukannya tarif khusus Rp 1.

Diluncurkan pekan lalu, nyatanya program ini masih belum mendapatkan respons positif dari warga. Belum banyak pengguna tarif murah dengan menggunakan pembayaran nontunai (cashless) melalui uang eletronik. n ed: nora azizah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement