REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ingin mengoptimalkan peran pesantren dalam menangkal perkembangan radikalisme. BNPT menjalin kerja sama dengan pesantren-pesantren untuk membantu membangun narasi dalam melawan paham-paham radikalisme.
Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suaib Tahir menilai pesantren memiliki potensi besar untuk membendung penyebaran narasi-narasi radikal yang bisa menjurus pada paham terorisme. "Sementara ini kami sudah menjalin kerja sama dengan tiga pesantren tahun 2019 ini," kata dia dalam diskusi dan peluncuran buku 'Memberantas Terorisme di Indonesia: Praktik, Kebijakan, dan Tantangan', di Hotel Atlet, Jakarta Pusat, Selasa (20/8).
BNPT mencoba terus menularkan narasi-narasi untuk melawan kelompok radikal. Untuk itu, Suaib menuturkan, kerja sama yang dilakukan dengan pesantren dimulai dengan memberikan pemahaman tentang terorisme.
Setelah itu, ada materi-materi untuk menangkal narasi-narasi radikalisme. Upaya pencegahan beredar luasnya paham radikal tersebut dilakukan berupa sosialisasi, seminar, workshop, dan lain sebagainya.
"Biasanya kami adakan pemberian materi setiap hari sabtu dan minggu," ujar Suaib.
Di dalam upaya tersebut BNPT memberikan penjelasan seperti apa tanda-tanda seseorang sudah terpapar radikalisme. "Kami melakukan narasi-narasi melawan kelompok radikal. Kita memberikan penjelasan seperti apa terorisme, kita berikan narasi-narasi melawan terorisme," katanya.
BNPT juga telah membentuk kader di sejumlah wilayah untuk membantu membangun narasi melawan radikalisme. "Tahun ini kami bergerak di pesantren-pesantren karena di tempat itu sangat memiliki potensi untuk melawan narasi pemikiran radikal," kata Suaib.
Menurut dia, masih banyak warga Indonesia yang rentan terpapar radikalisme mengingat para pelaku terorisme terus intens melakukan penyebaran paham radikalisme melalui dunia maya atau media sosial. "Tidak ada masyarakat yang tidak rentan radikalisme dan terorisme," ujarnya.
Tak hanya itu, BNPT melakukan pendekatan lunak kepada masyarakat yang sudah terpapar radikalisme sebagai upaya pencegahan penyebaran paham radikal. "Kita dekati dengan hati kepada masyarakat. Dengan upaya itu kami berharap bisa meminimalisir penyebaran paham radikal," kata dia.