REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana melangsungkan balap Formula E di Jakarta 2020 mendatang. Pelaksanaan tersebut digadang-gadang akan menggunakan tenaga listrik yang ramah lingkungan.
Pengamat lingkungan Tarsoen Waryono mengungkapkan, penggunaan listrik sebagai tenaga penggerak balap mobil tersebut memang lebih ramah lingkungan. Akan tetapi bukan berarti tidak ada polusi yang dihasilkan.
"Memang lebih ramah tapi dari proses listrik tersebut juga ada gas yang mencemari lingkungan walaupun efeknya lebih kecil," ujar dia kepada Republika, Jumat (16/8).
Menurutnya kendaraan berbasis listrik memang tidak menghasilkan asap. Kendati demikian dia menegaskan metan dan sulfur masih dihasilkan walaupun jumlahnya lebih kecil dari bahan bakar yang berasal dari fosil atau minyak.
"Memang polusi akan selalu ada tapi yang berasal dari listrik sangat kecil jika dibandingkan pertalite atau pertamax dan lainnya," kata dia.
Dia memaparkan penampungan tenaga listrik di suatu baterai yang kemudian menggerakkan kendaraan bisa dikatakan ramah lingkungan. Namun dampak serupa dari kendaraan konvensional dengan bahan bakar minyak juga bisa dihasilkan oleh kendaraan berbasis listrik.
"Tapi relatif lebih kecil dan akan menurunkan efek rumah kaca di wilayah tersebut," jelas Tarsoen.
Menurut dia, setiap benda termasuk manusia juga bisa memiliki kemungkinan mencemari lingkungan karena menghasilkan belerang dan zat lainnya. Namun karena jumlahnya kecil maka tidak berbahaya.
Dia memaparkan balapan mobil tenaga listrik juga masih dipastikan akan menghasilkan zat berbahaya seperti belerang dan metan. "Tapi kalau semua kendaraan menggunakan tenaga listrik seperti itu, saya yakin polusi udara perkotaan itu akan hilang secara keseluruhan," ungkap dia.