REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -– Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengunjungi Banyuwangi, Jawa Timur, selama dua hari, Selasa – Rabu (13 – 14 Agustus). Di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini, menteri luar negeri perempuan pertama di Indonesia ini menyempatkan diri menjajal kuliner khas Banyuwangi.
Saat tiba di Banyuwangi, Selasa kemarin, Menlu Retno mencicipi ikan bakar di salah satu restoran seafood. Menlu terlihat menikmati hidangan yang disajikan, khususnya ikan bakar mentega.
Usai menyantapnya, tiba-tiba Menlu mendatangi salah satu pelayan. Setelah bertanya tentang masakannya, Menlu lalu memesan ikan bakar untuk dibawa pulang ke Jakarta.
“Ikannya segar, enak sekali. Bahkan, dibakar tanpa bumbu lengkap, pakai mentega saja, rasanya sudah nikmat. Enak,” kata Menlu.
Rabu (14/8) pagi, alih-alih sarapan di hotel, Menlu Retno justru mengajak stafnya untuk mencari makanan di pusat kuliner Banyuwangi. Menlu memilih sego cawuk, menu sarapan khas Banyuwangi berupa nasi yang diberi trancam dan kuah pindang dengan lauk pepes ikan.
Tak puas di situ, Menlu lalu blusukan ke pasar tradisional Banyuwangi di pusat kota. Makanan yang dituju adalah ketan kirip dan kopi. Menlu mengaku sangat menikmati suasana pusat kuliner yang diarsiteki Adi Purnomo yang berada di lokasinya di tengah pasar.
“Ketan dan kopinya enak sekali. Dan harganya sangat murah, padahal rasanya enak sekali. Kuliner di daerah ini memang wajib dinikmati,” kata Menlu.
Selama di Banyuwangi, Menlu juga mengunjungi Sanggar Seni Genjah Arum di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Di sanggar milik Setiawan Subekti yang juga ahli kopi tingkat internasional ini, rombongan disambut musik lesung.
Menlu langsung ikut memainkan alat musik tersebut bareng dengan simbah-simbah pemainnya, sekaligus melihat cara pemrosesan kopi yang disuguhkan.
Menlu Retno Marsudi menjajal alat musik lesung khas Banyuwangi.
Saat di sana, dengan didampingi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Menlu bertemu dan berdialog dengan maestro gandrung, Temu Misti. Menlu sangat mengapresiasi kiprah Temu, meski usianya senja tapi tetap aktif di dunia seni.
“Kita semua tahu Indonesia kaya sekali. Kaya akan budaya dan kesenian. Ke depannya kita ingin melihat budaya kita tumbuh subur, karena budaya itulah identitas bangsa ini. Kalau kita bicara Indonesia, ya kita ini sebenarnya bicara tentang Gandrung dan seni lain di indonesia,” ujar Menlu.
Budaya, lanjut dia, adalah salah satu alat soft diplomacy Indonesia. Menurutnya, bila bangsa Indonesia ingin dihormati dunia, maka tiap daerah harus mempertahankan budayanya.
“Terima kasih pada teman teman pegiat budaya seni Banyuwangi dan daerah lain di Indonesia, karena tanpa teman teman akan sulit mempertahankan budaya yang jadi identitas Indonesia,” kata Menlu.
Menlu berkunjung ke Banyuwangi dalam rangka perhelatan Indonesia Channel 2019 yang digelar oleh Kemenlu. Pergelaran seni itu melibatkan 72 pemuda dari 40 negara peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI).
Mereka menampilkan beragam budaya Nusantara yang telah mereka pelajari selama tiga bulan tinggal di Indonesia dalam sebuah sendra budaya kolosal.