Kamis 15 Aug 2019 13:42 WIB

Perjuangan Mengajar Bahasa Indonesia di India

Antusiasme masyarakat India untuk belajar bahasa Indonesia tinggi.

Pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Riza Sukma mengisahkan pengalamannya mengajar di India, Kamis (15/8).
Foto: Republika/Ahmad Fikri Noor
Pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Riza Sukma mengisahkan pengalamannya mengajar di India, Kamis (15/8).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Badan Bahasa Kemendikbud telah rutin menyelenggarakan program pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di berbagai negara sejak 2016. Salah satu negara yang membuka program tersebut adalah India.

Pengajar BIPA yang bertugas di India, Riza Sukma, mengatakan, antusiasme masyarakat India untuk belajar bahasa Indonesia relatif tinggi. Dalam program tersebut, Riza mengatakan, terdapat sekitar 100 orang lebih pendaftar. Meski, seiring berjalannya waktu siswa yang aktif hanya tersisa 17 orang.

Baca Juga

"Beberapa tidak bisa melanjutkan karena ada ketidakcocokan jadwal atau keperluan lain seperti pindah domisili," kata Riza ketika ditemui wartawan Republika, Ahmad Fikri Noor, Kamis (15/8), di New Delhi.

Riza mengatakan, peminat program yang sepenuhnya dibiayai Pemerintah Indonesia itu beberapa di antaranya berasal dari kalangan mahasiswa. Dia mengatakan, beberapa mahasiswa yang belajar ilmu bahasa di Jawaharlal Nehru University (JNU) telah menjadi muridnya.

"Mungkin karena mereka perlu menambah pelajaran bahasa sehingga mereka memanfaatkan program ini," kata Riza. Selain itu, ada pula siswa BIPA yang berasal dari kalangan pekerja.

Tidak hanya menggunakan buku, Riza kerap memanfaatkan media ajar lain seperti video-video pariwisata Indonesia. Riza mengatakan, siswanya kerap menunjukkan kekaguman pada keindahan alam dan budaya Indonesia.

"Mereka jadi tertarik juga untuk mengunjungi Indonesia karena pariwisatanya bagus," kata Riza.

Riza mengaku juga mengajarkan sejumlah bahasa slang Indonesia kepada muridnya. Menurutnya, bahasa cakapan seperti gue dan elu adalah kata dari Bahasa Betawi yang akrab digunakan dalam keseharian di Jakarta.

"Saya jelaskan itu adalah ragam bahasa Indonesia. Bisa kalian gunakan ketika situasi tidak formal," kata Riza.

Riza mengaku, India bukan negara favorit yang ingin ia tuju. Namun, penugasan di India juga tidak bisa dia tolak. Termasuk harus menerima berbagai tantangan kehidupan di India.

Riza mulai datang ke India pada Mei 2019 dan langsung disambut musim panas yang menyengat. Bahkan, ujarnya, suhu pada puncak musim panas atau sekitar Juni bisa menembus 47 derajat celsius.

Selain itu, Riza juga perlahan menyesuaikan perbedaan budaya antara Indonesia dengan India. "Karena saya suka traveling juga, jadi ya lama-lama sudah biasa dengan kehidupan di sini," kata Riza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement