Rabu 14 Aug 2019 21:02 WIB

Wamen ESDM Beri Kuliah Umum kepada Maba UNS

Wamen ESDM Arcandra Tahar bicara soal ketahanan energi

Rep: Binti Sholikah/ Red: Hasanul Rizqa
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar (kanan)
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memberikan kuliah umum di hadapan ribuan mahasiswa baru (maba) Universitas Sebelas Maret (UNS). Kuliah tentang ketahanan energi nasional itu disampaikan di Auditorium GPH Haryo Mataram UNS, Solo, Rabu (14/8).

Dalam kesempatan tersebut, Arcandra membahas mengenai kebutuhan bahan bakar minyak dan gas yang belum bisa dipenuhi sepenuhnya dari dalam negeri. Indonesia masih melakukan impor gas sebanyak 40 persen dari kebutuhan. Namun, Indonesia juga melakukan ekspor gas jenis LNG.

Baca Juga

Selain itu, Indonesia melakukan impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah. Produksi minyak dalam negeri hanya sekitar 700-800 ribu barel per hari. Padahal, kebutuhan mencapai 1,4 juta barel per hari. Sehingga dibutuhkan impor 600 ribu barel per hari. Impor tersebut terdiri atas 300 ribu barel minyak mentah dan 300 ribu barel BBM.

Ketika impor terganggu akan terjadi krisis energi yang disebabkan kebuthhan minyak dalam negeri terganggu rantai suplai dari luar. Misalnya, konflik di Timur Tengah atau pelbagai gejolak di negara lain.

"Untuk itu perlu strategi. Kalau bergantung dari luar kemungkinan akan ada krisis energi apabila terjadi rantai suplai yang terganggu," terang Arcandra yang mengenakan baju batik lengan panjang.

Dia mengungkapkan, Indonesia mampu menyediakan listriknya sendiri. Indonesia memiliki kecukupan pembangkit listrik di Pulau Jawa dan Sumatra. Bahkan, produksi listrik terdapat margin antara kebutuhan puncak dibandingkan ketersediaan pembangkit, rata-rata marginnya 20-30 persen.

Lima tahun lalu, lanjutnya, jumlah rumah berlistrik di Indonesia mencapai 84 persen. Sampai hari ini jumlah rumah berlistrik sudah 98 persen. Target pemerintah tahun ini 98-99 persen rumah akan berlistrik.

"Karena listrik ini kita mampu memproduksi sendiri tanpa ada komponeen impor maka ke depan kita harus mengubah konsumsi bahan bakar kita ke listrik. Yang kita dorong mobil listrik, bus listrik, kompor listrik, kalau semua komponen ini mampu kita jadikan berbasis listrik maka akan mengurangi impor. Ini yang dinamakan ketahanan energi," ungkapnya.

Menurutnya, strategi menyediakan energi dari produksi dalam negeri dapat dicukupi dari listrik. Sebab, di luar negeri trennya serba listrik. Di samping itu, bahan bakar listrik lebih bersih daripada bahan bakar minyak. Karenanya, dia mengajak masyarakat untuk beralih ke energi terbarukan (renewable energy).

Salah satu yang paling mudah diaplikasikan yakni pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Kementerian ESDM mendorong agar sejumlah tempat dipasang PLTS. Selain di rumah Menteri ESDM, rumah Wakil Menteri ESDM, rumah pejabat eselon 1, juga sarana-sarana di Kementerian ESDM yang memungkinkan dipasang PLTS. Kementerian ESDM juga telah membuat Peraturan Menteri sehingga PLTS yang dipasang di rumah bisa mengurangi tagihan listrik ke PLN.

photo
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memberikan kuliah umum mengenai ketahanan energi nasional kepada ribuan mahasiswa baru Universitas Sebelas Maret (UNS) di Auditorium GPH Haryo Mataram UNS, Rabu (14/8).

"PLTS belum besar di Indonesia, tapi perlahan-lahan akan menjadi besar dengan adanya peratuan yang kami bikin agar rumah-rumah yang dipasang PLTS mampu mengurangi tagihan PLN," ucapnya.

Arcandra juga menekankan, pengelolaan sumber daya alam harus dijaga untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya buat kemakmuran rakyat.

Jangan sampai pengelolaan tambang maupun ladang minyak tidak memberi manfaat sebesar-besarnya untuk negara. Kementerian ESDM berupaya agar dalam pengelolaan tersebut negara mendapat revenue untuk pembangunan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement