Rabu 14 Aug 2019 17:12 WIB

Harga Cabai Pengaruhi Inflasi Kota Tasikmalaya

Inflasi Juli Kota Tasikmalaya lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang cabai di Pasar Induk Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Rabu (17/7).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Pedagang cabai di Pasar Induk Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Rabu (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Tingkat inflasi Kota Tasikmalaya pada Juli 2019 diklaim tetap terkendali, yaitu secara bulanan tercatat 0,19 persen (mtm). Angka itu lebih rendah dari inflasi Provinsi Jawa Barat yang sebesar 0,39 persen (mtm) dan Nasional 0,31 persen (mtm). 

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya Heru Saptaji mengatakan, angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,28 persen. Ia menambahkan, angka inflasi Juli 2019 juga lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi bulan Juli pada tiga tahun sebelumnya yang sebesar 0,22 persen (mtm). 

Baca Juga

"Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan tercatat 1,65 persen (yoy) dan inflasi tahun berjalan sebesar 1,73 persen (ytd)," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (14/8).

Heru mengatakan, tekanan inflasi terutama berasal dari kenaikan harga cabai rawit dengan andil 0,099 persen dan cabai merah dengan andil 0,050 persen. Hal itu terjadi akibat terbatasnya pasokan cabai. 

Ia menjelaskan, fluktuasi harga cabai pada 2018 serta penurunan harga pada awal 2019 menyebabkan banyak petani beralih menanam sayuran jenis lain. Selain itu, musim kemarau juga menyebabkan hasil panen cabai pada akhir Juni tidak setinggi perkiraan. 

"Kondisi serupa juga terjadi di wilayah lainnya di Indonesia, sehingga selain dari sumber lokal, sumber pasokan yang biasanya didatangkan dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah pun berkurang," jelas dia. 

Heru melanjutkan, kenaikan harga emas perhiasan juga turut menyumbang inflasi dengan andil 0,036 persen. Pasalnya, dampak dari meningkatnya harga emas dunia sehubungan dengan emas menjadi komoditas penyimpan nilai yang dianggap paling stabil di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Namun, menurut dia, tekanan inflasi yang lebih tinggi masih tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas sehubungan dengan normalisasi harga pasca Idul Fitri. Angka itu terutama disebabkan angkutan antar kota (andil -0,059 persen), bawang merah (-0,025 persen), bawang putih (-0,017 persen), ikan mujair (-0,014 persen), dan daging ayam ras (-0,013 persen). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement