Rabu 14 Aug 2019 15:52 WIB

Pengamat: Enzo tidak Boleh Diistimewakan

Kasus Enzo seharusnya tidak dibesar-besarkan agar Enzo fokus menjalani pendidikan.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Andri Saubani
Enzo Zens Ellie (18) keturunan Perancis saat menjadi santri di Pesantren Al Bayan, Anyer, Serang.  Santri yang bercita-cita menjadi TNI sejak kecil ini akhirnya lolos dalam seleksi masuk Akademi Militer (Akmil) Magelang.
Foto: Humas Pesantren Al Bayan
Enzo Zens Ellie (18) keturunan Perancis saat menjadi santri di Pesantren Al Bayan, Anyer, Serang. Santri yang bercita-cita menjadi TNI sejak kecil ini akhirnya lolos dalam seleksi masuk Akademi Militer (Akmil) Magelang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan, cibiran dan pujian terhadap taruna TNI AD keturunan Prancis, Enzo Zens Allie, sebaiknya dihentikan. Kasus Enzo sebaiknya tidak dibesar-besarkan sehingga dirinya bisa fokus menjalani pendidikannya. 

Khairul pun menilai usulan agar Enzo diberikan kesempatan menjadi duta taruna toleransi terlalu berlebihan. "Enzo ini tak boleh diistimewakan. Sudahi pujian maupun cibiran itu. Biarkan dia menjalani pendidikannya dengan wajar," ujar Khairul ketika dikonfirmasi Republika, Rabu (14/8).

Baca Juga

Akan tetapi, dia pun menyarankan agar anak muda seperti Enzo diberikan kesempatan memperbaiki diri. "Anak-anak muda seperti Enzo ini kan bagian dari masa depan negeri ini. Mereka sedang belajar berdiri. Jika posisi berdirinya salah, jangan patahkan kakinya, ajari mereka bagaimana berdiri dengan baik dan benar," lanjut dia. 

Khairul menilai, jika langsung divonis atau dipatahkan, maka sama halnya dengan mematahkan masa depan bangsa. "Ancaman itu awalnya bersifat potensi. Belum tentu terjadi. Jadi jangan buru-buru resah, khawatir, parno. Kita masih bisa menyiapkan, membenahi dan menyelamatkan masa depan," tegasnya. 

Lebih lanjut Khairul pun mengingatkan, TNI punya kemampuan dalam hal indoktrinasi. Jika seolah-olah dipandang TNI terancam, malah justru tidak baik bagi masyarakat.

"Ketika pendidikan dimulai, mereka semua ini kan di-nol-kan dulu untuk kemudian berproses, ditanamkan doktrin yang sesuai dengan norma-nilai di lingkungan TNI. Bukan hanya Enzo, semua kalau gagal berproses ya out. Kalau melanggar ya pecat. Nah dari sini nanti jelas, Enzo tak lagi istimewa. Dia akan diperlakukan setara dengan segala risiko dan konsekuensinya," tambah Khairul. 

Sebelumnya, TNI AD memutuskan untuk  mempertahankan dan memastikan Enzo Zens Allie tetap melanjutkan pendidikan di Akademi Militer (Akmil). Keputusan itu diambil setelah pihak TNI melakukan penilaian indeks moderasi bernegara terhadap taruna keturunan Prancis tersebut.

“Kesimpulannya, Enzo dilihat dari indeks moderasi bernegara itu ternyata kalau dikonversi jadi persentase itu 84 persen atau nilainya di situ adalah 5,9 dari maksimal tujuh,” kata Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Andika Perkasa di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Selasa (13/8).

Penilaian itu dilakukan tidak hanya terhadap Enzo, tetapi juga terhadap beberapa taruna lainnya. “Karena itu angkatan darat memutuskan mempertahankan Enzo dan semua taruna akmil yang kami terima beberapa waktu lalu sebanyak 364,” ujar dia.

TNI sebelumnya menyatakan mendalami informasi yang menyebut Enzo simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Nama Enzo menjadi sorotan publik saat perbincangan dirinya dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dengan menggunakan bahasa asing viral. Diketahui perbincangan itu terjadi kala panglima memanggil Enzo saat ujian akhir memasuki Akmil di Magelang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement