Selasa 13 Aug 2019 18:40 WIB

Pakar: Daur Ulang Botol Plastik PET Bisa Berulang Kali

Akhmad menilai plastik bekas bisa juga dijadikan kembali menjadi monomer.

Pekerja sedang mensortir botol plastik di pusat daur ulang di Tangerang Selatan. Botol plastik PET bekas minuman bisa didaur ulang hingga 50 kali.
Foto: Istimewa
Pekerja sedang mensortir botol plastik di pusat daur ulang di Tangerang Selatan. Botol plastik PET bekas minuman bisa didaur ulang hingga 50 kali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampah plastik masih menjadi persoalan global dan setiap negara mempunyai problem yang sama dalam menanganinya. Senyawa padat yang terkandung di plastik hanya dapat terurai dalam jangka waktu puluhan bahkan ratusan tahun dan ini mejadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan banyak negara.

Tapi hal itu tidak berlaku di Norwegia. Dikutip dari The Guardian, Norwegia mengklaim mampu mendaur ulang lebih dari 97 persen botol plastik dan 92 persen dari botol plastik bekas itu menjadi botol minuman baru. Bahkan botol plastik PET bekas di Norwegia bisa didaur ulang hingga lebih dari 50 kali.

Pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Ir Akhmad Zainal Abidin M.Sc Ph.D membenarkan bahwa termoplastik seperti botol PET bisa didaur ulang berkali-kali. Akhmad menjelaskan, termoplastik pada awalnya berbentuk virgin (pelet plastik terbuat dari minyak bumi) dalam kondisi yang paling bagus. Setelah dipakai dan dibentuk menjadi botol plastik kemudian dapat daur ulang untuk seterusnya.

"Prosesnya tergantung dari proses pemanasannya apakah terjadi kerusakan atau tidak dalam prosesnya. Bisa juga nanti menjadi grade A, B dan seterusnya yang makin menurun tapi masih tetap ada gunanya hingga terakhir bisa di-recovery diambil energinya," kata Akhmad, Selasa (13/8).

Menurut Akhmad, plastik bekas bisa juga dijadikan kembali menjadi monomer (bahan baku plastik) atau menjadikan plastik hasil daur ulang tadi menjadi bahan kimia lainnya. “Akhir riwayat plastik bisa bermanfaat tanpa harus mengotori lingkungan," kata Akhmad.

Doktor lulusan UMIST and The Victoria University of Manchester itu mengajak masyarakat memilah sampah di sumbernya secara langsung karena jika diolah dengan baik terutama sampah yang belum tercampur bisa di daur ulang berkali-kali. Namun jika telah tercampur dengan sampah lainnya, tentu proses memilahnya akan menjadi lebih mahal bahkan akhirnya bisa terbuang.

Akhmad mengakui daur ulang di Indonesia lebih baik dari Amerika dimana hasil sampah plastik dijadikan kembali produk jadi dan digunakan lagi. Perlu pendekatan modern untuk membenahi manajemen sampah agar bisa didaur ulang.

"Supaya bisa memberi manfaat kepada semuanya mulai dari pemulung, pendaur ulang dan juga akan menghidupkan ekonomi dengan banyak menyerap tenaga kerja tak hanya ribuan bahkan jutaan," ujar dia.

Ia juga meminta pemerintah melakukan penanganan secara komprehensif. Perlu regulasi untuk mengatur sampah plastik jadi satu, kemudian sampah yang mudah membusuk di kelompokan sendiri, serta sampah logam, kertas dan kaca juga dijadikan satu. Sampah-sampah lain yang tidak bisa diambil manfaatnya kecuali dibakar juga dipilah.

"Ya kalau semua sudah berjalan tidak perlu lagi TPS (tempat pembuangan sampah) atau ke TPA (tempat pembuangan akhir). Saya sudah membuktikan sendiri dengan Management Sampah Zero (Masaro), yang menghasilkan nilai ekonomi dan mendatangkan keuntungan bagi yang melakukannya," ujarnya.

"Mudah-mudahan pemerintah membenahi manajemen sampahnya dengan pemilahan sumber. Sehingga masalah sampah yang yang menjadi masalah ini tidak menjadi masalah. Jika diolah dengan baik semuanya bisa memakmurkan masyarakat," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement