Selasa 13 Aug 2019 19:37 WIB

Ribuan Pelajar Banyuwangi Meriahkan Karnaval Kebangsaan

Mereka menampilkan keberagaman Indonesia dalam kostum, seni tari, dan teatrikal.

Sebanyak 3.000 pelajar mengikuti karnaval kebangsaan yang diadakan di Banyuwangi, Selasa (13/8) pagi.
Foto: dokpri
Sebanyak 3.000 pelajar mengikuti karnaval kebangsaan yang diadakan di Banyuwangi, Selasa (13/8) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Bulan Agustus ini menjadi momen bagi seluruh warga bangsa Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan dengan melakukan sejumlah perayaan. Tak ketinggalan Banyuwangi yang memanfaatkan momen Hari Proklamasi ini untuk merekatkan persatuan bangsa. Salah satunya lewat karnaval kebangsaan yang diikuti ribuan pelajar SMP-SMA se-Banyuwangi. 

Sebanyak 3.000 pelajar mengikuti karnaval kebangsaan yang diadakan Selasa (13/8) pagi. Mereka menampilkan keberagaman Indonesia dalam kostum, seni tari, dan teatrikal dalam sebuah parade karnaval. Ada yang mempresentasikan suku Jawa, Osing, Madura, Bali, Minangkabau, Betawi, Badui, Tionghoa dan masih banyak lagi. 

Ada pula budaya yang khas Islami, dan berbagai kostum keprofesian seperti nelayan, praktisi kesehatan, petani modern dan juga kostum masa perjuangan juga ditampilkan. Menambah semarak acara. pejuang. Misalnya, SMK PGRI II Giri yang menampilkan jaranan buto dikolaborasikan dengan budaya Sulawesi. Kolaborasi keduanya mengundang kagum penonton. 

Jaranan buto yang khas Banyuwangi tampil sangat atraktif sambil berguling-guling di jalan, diiringi sejumlah siswa yang mengenakan pakaian adat khas Sulawesi. Seperti baju bodo, tutu, pokko, pakaian pengantin khas Sulawesi serta miniatur rumah adat Tongkonan. Penonton bersorak melihat keunikan atraksi ini.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam acara tersebut menyatakan kebanggaannya. "Tidak semua festival untuk wisatawan, salah satunya karnaval ini yang memang kami peruntukkan bagi rakyat. Ini adalah cara Banyuwangi untuk menyuburkan nasionalisme serta toleransi bisa tumbuh dan berkembang di tengah sikap intoleransi yang semakin banyak muncul," kata Anas.

"Di sini, saya lihat semua siswa peserta melebur jadi satu tanpa ada sekat  latar belakang, agama dan budaya. Ini jadi salah satu cara untuk meredam terorisme dan radikalisme. Sehingga dengan demikian pendidikan toleransi tidak hanya jadi pidato di kelas-kelas," tuturnya.

Anas juga memandang ini sebagai cara masyarakat untuk belajar tentang sejarah. "Mereka ini kalau belajar tentang sejarah di sekolah, tentu waktunya terbatas. Dengan memakai kostum ini mereka jadi belajar tentang sejarah kostum yang mereka kenakan, belajar tentang seni budayanya," kata Anas.

Event ini berlangsung dari pagi hingga siang hari.  Para siswa terlihat antusias memainkan perannya sebagai bagian dari warga Indonesia. Seperti yang ditampilkan puluhan siswa SMAN 1 Giri yang mengangkat tema suku Dayak. Mereka tampil all out, tidak hanya di kostum namun juga berbagai tarian yang ditampilkan. 

"Karnaval ini memang acara yang kami tunggu. Karena kami ditantang menampilkan atraksi yang menarik, jadi kami bisa konsep bareng sama guru dan teman-teman tentang baju dan tari suku mana yang akan kami tampilkan," ujar Dava Khanza, salah satu peserta asal Banyuwangi. 

Dalam kesempatan itu, Bupati Anas ikut menyemangati peserta dengan turun langsung menyapa para peserta karnaval. "Jaga kebinekaan bangsa ini dengan ikatan persatuan yang kuat," peaan Anas kepada siswa-siswa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement