Senin 12 Aug 2019 14:32 WIB

Penurunan Tanah di Pekalongan Mencapai 10-20 Cm Per Tahun

Penurunan tanah mengakibatkan kenaikan permukaan air laut yang sekitar 1 cm per tahun

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Penurunan muka tanah
Foto: blogspot.com
Penurunan muka tanah

REPUBLIKA.CO.ID, KAJEN -- Laju penurunan tanah di wilayah pesisir Kabupaten Pekalongan, tercatat cukup tinggi. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono, mengatakan penurunan tanah di wilayah pesisir Pekalongan berdasarkan hasil penelitian ITB rata-rata mencapai sekitar 10 cm-20 cm per tahun.

"Penurunan tanah ini melebihi wilayah Kota Semarang yang rata-rata hanya sekitar 10 cm per tahun," jelasnya, Sabtu (11/8).

Baca Juga

Dwi menyebutkan, laju penurunan permukaan tanah yang cukup tinggi ini, menyebabkan dampak kenaikan permukaan air laut yang sekitar 1 cm per tahun, lebih terasa signifikan di wilayah Kabupaten Pekalongan. Berbeda dengan wilayah Semarang yang penurunan permukaan tanahnya hanya sekitar 10 cm.

Lebih dari itu Dwi menyebutkan, kenaikan permukaan laut dan penurunan permukaan tanah, juga menyebabkan tingkat abrasi di wilayah pesisir Kabupaten Pekalongan menjadi lebih cepat.

"Satu-satunya cara yang cukup efektif untuk menanggulangi kondisi ini, adalah dengan memasifkan gerakan penanaman mangrove. Tanaman mangrove ini akan membentuk barrier alam dan mengurangi ancaman ombak, dan di sisi lain akan menjadi habitat ekosistem untuk kepiting dan ikan-ikan kecil," kata dia.

Sedangkan gerakan biopori yang dilakukan, menurutnya, akan mengurangi volume air hujan yang langsung mengalir ke sungai untuk kemudian terbuang ke laut. "Melalui biopori, air hujan akan meresap dalam tanah untuk menjadi air tanah," katanya.

Bupati Pekalongan Asip Kholbihi dalam kesempatan itu, menyatakan pihaknya bertekad untuk menggalakkan kegiatan pembuatan biopori, penanggulangan sampah dan penanaman mangrove di wilayahnya. "Gerakan kebersihan dan pembuatan biopori, pada tahap awal akan dilakukan di semua taman-taman publik, dan daerah-daerah rawan kekeringan seperti Kesesi, Sragi dan Bojong," kata dia.

Saat ini, kata Bupati, wilayah Kabupaten Pekalongan masih dikenal sebagai daerah yang kaya sumber air baku. Hal ini karena air baku yang berada di wilayah pegunungan masih terpelihara. "Namun untuk mempertahankan kondisi ini, kita tetap harus berikhtiar mempertahankan dengan memasifkan gerakan pembuatan biopori," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement