Ahad 11 Aug 2019 12:25 WIB

Keranjang Bambu Anies, Arab News, dan Korban Gorengan Media

Ide penggunaan keranjang bambu untuk daging kurban menjadi perhatian internasional.

Pedagang menata besek bambu di Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (2/8).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menata besek bambu di Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (2/8).

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Kali ini ada kejutan lagi soal ide Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, yang meminta agar pembagian daging kambing menggunakan keranjang bambu (besek) dari pada menggunakan kantong palstik. Sikap Anies yang belakangan ini ramai terus dicibir dan sekaligus pula ‘gemuruh’ di dukung di media sosial, tanpa dinyana di respons media internasional, seperti Arab News.

Media Arab News — terdiri dari koran, online, dan televisi— dalam tulisannya hari ini, Ahad (11/8/2019) menuliskan soal penggunaan keranjang bambu untuk pembagian daging kurban pada perayaan Idul Adha tahun di Indonesia. Media ini menuis berita begini: Indonesia’s Muslims urged to ‘go green’ and ditch plastic bags on Eid (Umat Islam Indonesia didesak untuk 'terlibat dalam gerakan lingkungan go green' dengan cara membuang kantong plastik saat lebaran).

photo
Keterangan: Foto besek (keranjang bambu) yang berisi daging hewan kurban yang menjadi ilustrasi di berita Arab News.

Adanya pemberitaan ini membuat jelas membuat hati menjadi tersenyum diam-diam. Pasti sebentar lagi akan muncul isu dan kontroversi soal ini. Dan ini akan seru karena tercium persaingan di Pilkada DKI yang akan berlangsung sekitar tiga tahun lagi ke depan, hingga persaingan calon kandidat presiden di Pemilu 2024. Dalam hal ini terlihat semakin panas, karena selain masih adanya residu akibat pertarungan di pilkada DKI yang lalu, juga terlihat makin kencang dan telanjang upaya para pemain dibelakang layar yang tengah menjadi dalang di jagad politik Indonesia.

Mengingat segala keriuhan tersebut, kiranya sebuah nasihat budayawan Emha Ainun Nadjid dalam sebah acara pengajian bulanan rutin yang diadakan di pelataran Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta, menjadi cukup tepat untuk direnungkan.

Kala itu, depan massa yang menyesaki perhelatan 'Kenduri Cinta' Emha memberi nasihat sederhana dan mengena agar semua orang waspada. Katanya secara garis besar begini: Mengertilah dan mahfumlah dengan segala isu kontroversi yang muncul di media dan juga di media sosial saat ini. Sebab, yang sebenarnya bermain (menjadi dalang) dalam soal politik kenegaraan adalah sosok yang tak pernah kelihatan atau muncul di permukaan (media massa). Nama mereka tak pernah disebut, bahkan disinggung pun tidak. Namun mereka adalah pemain sebenarnya!’

Pernyataan ini memang membuat hati langsung tercenung. Pikiran pun melayang serta memperhatikan dengan seksama apa yang sebenarnya tengah terjadi di Indonesia. Berbagai isu bersilewaran saat ini, baik sosial, politik, hukum, dan ekonomi.

Jadi ariflah dalam melihat media dan isu yang berkembang. Hati-hatilah terhadap sesuatu hal ‘yang berbau gorengan’ alias pecitraan. Ini mereka persis yang disebut seorang elit politik sebagai 'genderuwo'.

Namun apa pun itu, mari kita nikmati saja berita soal penggunaan keranjang bambu dalam pembagian daging kurban di perayaan Idul Adha ini. Mudah-mudahan semua paham dan tidak menjadikan ‘hewan kurban’ yang sebenarnya seperti kambing dan sapi, beralih menjadi sosok manusia dan kelompok, bahkan hingga bangsa sebagai korban pertaruhan. Apalagi di jagat politik-kekuasaan sudah terlanjur ada sebutani: 'kambing hitam' hingga politik dagang sapi!'

Mari kita nikamati berita Arab News soal keranjang bambu untuk pembagian daging kurban itu. Berita ini sih biasa saja, dan sederhana saja. Dan isinya begini:

JAKARTA: Indonesia mendesak umat Islam untuk menggunakan kemasan ramah lingkungan ketika mendistribusikan daging kurban pada Idul Adha tahun ini, karena negara itu berjuang untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang dihasilkannya.

Indonesia menempati urutan kedua setelah Cina dalam hal membuang limbah plastik di laut dan, dengan populasi mayoritas Muslim, penggunaan kantong plastik untuk mengemas daging kurban dapat menyebabkan puluhan ribu ton limbah tambahan.

Penyembelihan hewan kurban (qurbani) dilakukan untuk mengingat kesediaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya Ismail atas perintah Allah.

Para pemimpin daerah di seluruh Indonesia bulan lalu didesak oleh pemerintah untuk memberi tahu orang-orang agar membawa wadah mereka sendiri yang dapat digunakan kembali dan bukannya menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk daging kurban.

"Atau, mereka dapat mengganti kantong plastik dengan bungkus dari pisang atau daun jati, keranjang anyaman bambu, atau kemasan biodegradable atau dapat digunakan kembali," kata seorang pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rosa Vivien Ratnawati, dalam sebuah surat edaran.

Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengatakan penggunaan keranjang anyaman bambu akan membantu mengurangi sampah plastik dan menghasilkan pendapatan tambahan bagi pedagang lokal, sementara Walikota Jakarta Pusat Bayu Meghantara mengatakan kantornya akan mendistribusikan 500 keranjang anyaman bambu kepada komite qurbani.

Abu Hurairah Abdul Salam, juru bicara Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat, mengatakan komite qurban tempatnya telah mulai menggunakan kantong plastik yang terbuat dari bubur singkong empat tahun lalu.

“Tetapi, sesuai dengan instruksi gubernur, kami akan menggunakan keranjang anyaman bambu untuk mendistribusikan daging qurbani tahun ini. Kami telah menyiapkan 5.000 keranjang dan, jika kami kehabisan keranjang, kami akan menggunakan kantong plastik singkong yang dapat terbiodegradasi, ”katanya kepada Arab News.

Taman Impian Ancol Jakarta Utara juga akan membagikan daging kurban kepada 100 penerima pertama dalam keranjang anyaman bambu, atau besek.

“Kami akan membungkus sisa paket daging qurban, yang rata-rata mencapai 5.000 buah, dalam kantong berbasis singkong yang ramah lingkungan. Ini adalah salah satu dari banyak kebijakan yang dikeluarkan manajemen taman untuk mengatasi masalah sampah. Kami telah berhenti menggunakan sedotan plastik di semua kios penjual, ” kata juru bicara Ancol Rika Lestari.

Majelis Ulama Indonesia pun mendukung inisiatif hijau nasional."Kita bisa mengambil momen Idul Fitri ini untuk memulai kebiasaan baru menggunakan tas ramah lingkungan dan mengubah ketergantungan masyarakat kita pada kantong plastik," kata pejabat dewan di MUI, Hasanuddin Abdul Fattah, dalam sebuah pernyataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement