Sabtu 10 Aug 2019 04:00 WIB

Fenomena Ubur-Ubur Sulitkan Nelayan di Pesisir Selatan

Nelayan jadi sulit menangkap ikan akibat ubur-ubur mengapung dan terjerat jaring.

Rep: Febrian Fachri / Red: Nur Aini
Kemunculan ubur-ubur di Pantai Pesisir Selatan Sumatera Barat mengganggu aktivitas nelayan menangkap ikan.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Kemunculan ubur-ubur di Pantai Pesisir Selatan Sumatera Barat mengganggu aktivitas nelayan menangkap ikan.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Masyarakat nelayan di Kabupaten Pesisir Selatan saat ini mengeluhkan kemunculan ubur-ubur di di kawasan pantai. Salah satunya di bibir pantai Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.

Jasman, seorang nelayan di Sungai Pinang mengatakan hewan ubur-ubur muncul sejak Mei lalu. Memang kemunculan ubur-ubur tersebut ke permukaan kata Jasman sudah menjadi peristiwa tahunan. Tapi kali ini durasi dan jumlah kemunculan ubur-ubur cukup lama dan banyak. Ubur-ubur-ubur mengapung dan terjerat di jaring-jaring penangkapan ikan nelayan sehingga ikan tangkapan nelayan setiap hari jadi sedikit.

Baca Juga

"Pengaruh kepada tangkapan ikan kami ya. Karena gini, ubur-ubur itu mengapung hingga terjerat perangkap ikan kami. Padahal mata pencarian kami di pantai ini ya melaut mencari ikan," ucap Jasman di Sungai Pinang, Jumat (9/8).

Jasman menyebut biasanya sebelum kemunculan ubur-ubur nelayan bisa menangkap ikan sebanyak empat ember. Seperti ikan gabus, ikan badar, maco dan beraneka ragam ikan lainnya. Tapi sejak kemunculan gerombolan ubur-ubur, hasil tangkapan ikan nelayan jadi tidak menentu. Terkadang dalam satu hari nelayan tidak mendapatkan ikan sama sekali karena terganggu ubur-ubur.

Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut tak bertulang belakang. Selain berada di dalam air di pinggir pantai, juga banyak ubur-ubur yang terdampar karena sudah mati. 

Para nelayan di Sungai Pinang pun mewanti-wanti kepada anak-anak mereka agar tidak bermain di dekat laut saat ini. Karena bila terkena ubur-ubur bisa menyebabkan gatal-gatal dan memerah. 

"Kami melarang anak kami mandi-mandi di laut ya. Karena efeknya itu badan bisa gatal-gatal dan memerah kalau kena, walaupun ubur-ubur itu sudah mati," ucap Jasman.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Anak Desa Sungai Pinang, David Andespin menyebut masyarakat nelayan di Sungai Pinang hanya bisa pasrah dan berharap kemunculan ubur-ubur bisa berakhir. 

Selain mengganggu nelayan menangkap ikan, sejak kemunculan ubur-ubur di daerahnya juga mengurangi minat wisatawan datang ke Pantai Sungai Pinang. Jadinya perekonomian masyarakat di daerah tersebut menjadi semakin lesu. 

"Wisatawan berkurang karena takut kena ubur-ubur ini karena beracun," ujar David.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement