REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Kebakaran yang melanda puncak Gunung Ciremai di area Goa Walet belum berhasil dipadamkan, Kamis (8/8). Meski demikian, petugas gabungan berhasil mengevakuasi seluruh pendaki yang semula masih berada di jalur pendakian saat api berkobar.
‘’Pendaki sudah dievakuasi semua sebanyak 69 orang,’’ kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, Kamis (8/8) petang.
Agus menyebutkan, dari 69 orang pendaki itu, sebanyak 33 orang dievakuasi dari jalur pendakian Apuy, Kabupaten Majalengka, 31 orang dievakuasi dari jalur Palutungan, Kabupaten Kuningan dan lima orang dari jalur Linggarjati, Kabupaten Kuningan.
Agus mengatakan, upaya pemadaman terus dilakukan. Namun, arah angin yang berubah-ubah membuat kebakaran semakin meluas dan membuat loncatan bara api. Tak hanya itu, pemadaman juga terkendala akibat lokasi kebakaran yang berada di atas ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
‘’Sumber daya manusia dan sarana serta prasarana juga terbatas,’’ kata Agus.
Agus menyebutkan, hingga petang ini, api masih menyala menyebar ke arah timur dan angin bertiup ke arah utara. Penanganan pemadaman secara manual masih dilaksanakan.
Adapun personel yang terlibat dalam penanganan kebakaran hutan TNGC sebanyak 219 orang. Personel yang berasal dari berbagai unsur itu terbagi di pos Apuy Majalengka, pos Palutungan Kuningan, dan pos Linggasana Kuningan.
Sementara itu, Humas Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), Agus Yudhantara, menambahkan, tim gabungan menyisir dan melakukan pemadaman api melalui empat jalur pendakian, yakni jalur Apuy di Kabupaten Majalengka, serta jalur Palutungan, Linggasana, dan Linggajati di Kabupaten Kuningan.
‘’Pos Simpang Apuy-Palutungan dilaporkan telah terlahap api pada sisi kanan dan kiri jalur pendakian,’’ kata Agus Yudhantara.
Agus Yudhantara mengatakan, lokasi kebakaran hutan berada pada ketinggian 2.600 mdpl. Akibatnya, lokasi kebakaran sulit dijangkau oleh peralatan pemadam seperti “jet shooter” dan mesin pompa air. Apalagi, kebakaran berada pada medan terjal, curam, dan tak tersedia sumber air.
Untuk itu, kata Agus Yudhantara, petugas gabungan menggunakan peralatan tangan seperti golok, cangkul, dan gepyok untuk membuat sekat bakar dan pemadaman langsung. Namun, arah angin yang terus berubah memicu meluasnya kebakaran hutan dan menyebabkan loncatan bara api dari vegetasi tumbuhan yang sudah terbakar ke vegetasi yang belum terbakar.
Menurut Agus Yudhantara, dari pemantauan petugas di lapangan, api membakar vegetasi tumbuhan Edelweis (Anaphalis Javanica), Cantigi (Vaccinium varingifolium), Pelending (Leguminosae), tumbuhan perdu dan semak belukar. Sedangkan, satwa liar belum ditemukan terdampak kebakaran hutan tersebut.